MAUMERE, KOMPAS.com - Jumat (3/5/2019), saya berkesempatan mengikuti upacara adat menyambut tamu yang datang mengikuti acara peresmian kantor Koperasi Kredit Pintu Air, Desa Ladogahara, Kecamatan Nita, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tepat pukul 11.00, tamu-tamu yang diundang sudah berdatangan.
Untuk menyambut para tamu, panitia sudah menyiapkan berbagai atraksi budaya Sikka, salah satunya alat musik tradisional yaitu Gong Waning.
Alat musik tradisional Kabupaten Sikka ini sering digunakan ketika ada ritual adat. Tetapi seiring laju zaman, alat musik ini bisa dimainkan dalam acara atau lomba di daerah, bahkan sekarang hampir setiap acara seremonial pemerintahan di Sikka.
Baca juga: Huler Wair, Tradisi Menyambut Tamu di Sikka Flores
Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dan ditabuh. Bunyi alat musik tradisional Gong Waning ini mengiringi langkah para tamu saat memasuki gedung Kopdit Pintu Air.
Dengan anggota 8 orang, para pemain alat musik tradisional tampak kompak dan semangat memainkannya. Meski tanpa notasi, alat musik tradisional itu tetap menghasilkan nada yang khas.
Baca juga: Gong Perdamaian dan Taman Nostalgia Kupang
Bunyinya yang kencang dan gema gong mampu memukau para tamu, apalagi disertai dengan syair-syair daerah dan tarian adat.
Bahkan, satu menit bunyi Gong Waning dihentikan, ada sebagian tamu yang hadir berteriak: "Lanjutkan! Musiknya bagus sekali..."
Alat musik tradisional Gong Waning dari Sanggar Budaya Bliran Sina dimainkan saat menyambut tamu di kantor Kopdit Pintu Air Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Jumat (3/5/2019).
Keberadaan alat musik tradisional Gong Waning itu sudah cukup lama di kalangan warga Kabupaten Sikka.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.