Sementara itu, di jembatan batu ada yang sedang asyik berswafoto. Ada yang menyaksikan terumbu karang di samping jembatan batu. Air laut di Teluk Maumere memang jernih. Sehingga pengunjung bisa melihat terumbu karang tanpa harus cebur ke dalam laut.
Selain menikmati jembatan dan bukit batu, pengunjung pun bisa berinteraksi langsung dengan penduduk lokal. Menyaksikan ibu-ibu yang sedang menenun di serambi rumah.
Suasana kehidupan di pulau ini tampak sederhana dan santai. Tanpa ada riuh bunyi kendaraan membuat pengunjung betah ada di sini.
Bung Sam, salah satu warga Pulau Kojadoi, mengatakan jembatan batu yang menghubungkan Pulau Kojadoi dan Pulau Besar adalah hasil kerja swadaya masyarakat dua pulau itu. Tujuannya adalah memudahkan akses transportasi dari dua pulau ini.
"Dari Kajodoi anak-anak sekolah dasar pergi sekolah ke Pulau Besar. Sebaliknya anak-anak SMP dari Pulau Besar datang sekolah di Kojadoi. Mereka jalan kaki melewati jembatan batu ini," kata Sam kepada Kompas.com.
Ia mengatakan, seluruh penduduk Pulau Kojadoi beragama Islam. Penduduk asli di pulau kecil ini berasal dari Bajo Bonerate Sulawesi Selatan.
Mata pencaharian mayoritas pria di pulau ini bekerja sebagai nelayan. Sementara kaum wanita setiap harinya menenun kain tenun ikat.
Ia mengungkapkan, Pulau Kojadoi mulai ramai dikunjungi sejak tahun 2015.
"Pengunjung yang datang untuk foto-foto di bukit batu dan jembatan batu. Mereka menikmati suasana di sini," ungkap Sam.
Ia mengatakan, untuk penerangan di malam hari, penduduk Pulau Kojadoi masih mengandalkan generator dan tenaga surya.
"Listrik belum masuk di sini. Harapannya dengan semakin ramai dikunjugi, pemerintah bisa membuka jaringan listrik ke Pulau Kojadoi," ujar Sam.
Itulah sepenggal cerita dari Kojadoi, pulau mungil di Teluk Maumere, Flores.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.