KOMPAS.com – Rengginang kerap menjadi sajian yang dihidangkan kala lebaran tiba. Panganan berbahan dasar ketan ini penyajiannya sering dimasukkan dalam wadah kaleng-kaleng roti bermerk.
Akibatnya, tak sedikit orang merasa tertipu karna salah mengira kaleng isi wafer, ternyata justru berisi rengginang.
Fenomena ini sering dijadikan bahan guyonan yang terwujud dalam meme-meme lucu yang banyak tersebar menjelang lebaran tiba.
Sebagai camilan yang kerap muncul saat lebaran, KompasTravel mencoba mendatangi tempat pembuatan rengginang di Wonogiri.
Tempat yang penulis datangi adalah rumah Pak Tukiran Modin yang berlokasi di Belik Rt 03 Rw 04 Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.
Sehari-hari, Bu Saniyem yang merupakan istri dari Pak Tukiran membuat rengginang di sela-sela kesibukannya sebagai pedagang sayuran di pasar.
“Kalau bikin rengginang dari pagi sampai sore, bisa sekitar 50 kg rengginang yang dibikin. Tapi kalau misal paginya ke pasar, terus siangnya baru bikin, kurang lebih hanya sekitar 25 kg,” ujar Bu Saniyem berbagi cerita.
“Biasanya pembeli itu pada minta warnanya apa. Makanya itu yang dijemur ada beberapa warna,” tuturnya.
KompasTravel mengikuti proses pembuatan rengginang yang dilakukan Bu Saniyem di dapur rumahnya.
Menggunakan peralatan sederhana berupa tungku kayu dan dandang (penanak nasi) Bu Saniyem mengaduk-aduk beras ketan yang baru saja dimasukkan.
“Ketannya direndam dulu pas malam hari, baru paginya ditiriskan,” ujarnya sembari mengangkut wadah adonan berisi ketan yang sudah selesai ditanak.
“Kalau sudah ditiriskan, ketan didang (dimasukkan penanak nasi) setelah sekitar setengah jam baru dikaru, diberi air yang sudah dicampuri garam. Setelah itu diaduk-aduk ditunggu sebentar kemudian diangkat. Setelah itu baru dibentuk-bentuk seperti ini,” jelasnya kembali.
Usai dicetak dan ditata dalam tempat anyaman kayu memanjang, selanjutnya baik cemol maupun rengginang dijemur selama sekitar 2-3 hari tergantung seberapa panas matahari.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.