Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sulitnya Mempromosikan Makanan Indonesia ke Dunia

Kompas.com - 12/06/2019, 18:06 WIB
Silvita Agmasari,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika bicara tentang keanekaragaman kuliner Indonesia rasanya tidak kalah saing dengan negara-negara lain di dunia. Hasil penelitian dari peneliti di Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Murdijati Gardjito dan rekannya mencatat Indonesia punya 3.257 hidangan.

Dari angka tersebut 1.100 terdiri dari kudapan basah serta kering, 150 berupa minuman, 208 hidangan pokok, dan 1.800 lauk pauk basah serta kering.

Namun ternyata bukan persoalan mudah bagi Indonesia untuk mempromosikan kekayaan kuliner ini kepada masyarakat dunia. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Thailand, kuliner Indonesia masih belum dapat membalap tenarnya kuliner Thailand.

"Hampir setiap negara punya national food, tetapi kita tidak memiliki itu. Itu namanya problem of plenty. Kalau kebanyakan pilihan akhirnya tidak punya apa-apa," jelas Menpar Arief Yahya ditemui di acara jumpa pers Destinasi Gastronomi Dunia bersama UNWTO di Gedung Sapta Pesona, Selasa (11/6/2019).

Indonesia pernah menetapkan 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia lewat Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2012.

Kemudian 2018, daftar 30 makanan ini dipangkas menjadi lima dan ditetapkan sebagai Makanan Nasional Indonesia oleh Kemenpar. Makanan tersebut adalah soto, rendang, sate, nasi goreng, dan gado-gado.

Baca juga: Bosan Makan Menu Lebaran, Yuk Coba Soto Khas Nusantara

Sedangkan Badan Ekonomi Kreatif menetapkan satu makanan nasional Indonesia yakni soto.

Selain makanan nasional, Arief menyebutkan Indonesia juga tidak memiliki satu destinasi khusus untuk destinasi kuliner dan restoran di luar Indonesia yang terbilang sedikit.

"Beda dengan Thailand, mereka punya soft loan (pinjaman lunak) bagi pengusaha yang mau buka restoran Thailand di luar negeri. Dulu pinjaman ini sekitar 100.000 dollar AS atau setara Rp 1,4 miliyar. Indonesia tidak bisa, karena tidak ada anggarannya,"jelas Arief.

Restoran Borobudur, satu-satunya restoran Indonesia di Genova, bahkan di Italia.KOMPAS/SUSI IVVATY Restoran Borobudur, satu-satunya restoran Indonesia di Genova, bahkan di Italia.

Untuk itu Kemnepar hanya dapat mendukung promosi 100 restoran Indonesia di luar negeri yang memang sudah berdiri, tidak dapat membangun.

Sedangkan destinasi kuliner khusus di Indonesia, Kemenpar memajukan Ubud, Bali yang saat ini sedang dinilai oleh UNWTO (World Tourism Organization) sebagai Destinasi Kuliner Global.

Padahal jika digarap dengan serius, kuliner bisa menjadi sektor unggulan dan magnet luar biasa dalam pariwisata.

Data dari Kemenpar mencatat saat berkunjung ke suatu daerah, wisatawan khususnya wisatawan domestik akan menghabiskan 30-40 persen untuk makanan.

Baca juga: Mengapa Ubud yang Dipilih Jadi Calon Destinasi Gastronomi Dunia?

Sedangkan Bekraf mencatat subsektor kuliner berkontribusi 41,4 persen dari total kontribusi perekonomian kreatif Rp 922 triliun pada 2016. Jumlah tersebut merupakan yang paling tinggi dibandingkan 16 subsektor lain di Bekraf RI.

Survei yang dilakukan terhadap 2.700 wisatawan dari 9 negara di Asia Pasifik oleh Hilton Worldwide mencatat lebih dari sepertiga (36 persen) wisatawan Asia Pasifik menentukan destinasi wisata karena makanan dan minuman.

Ada 89 persen wisatawan yang mengatakan akan kembali ke sebuah destinasi hanya karena makanan atau pengalaman bersantap yang memuaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com