Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak ke Mal, Apa Hiburan Orang Jakarta Zaman Dahulu?

Kompas.com - 23/06/2019, 10:09 WIB
Silvita Agmasari,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebelum dipenuhi pilihan mal, warga Jakarta terbilang kreatif mencari hiburan. Mereka senang berkumpul bersama keluarga dan teman untuk melakukan aktivitas menyenangkan. Ide aktivitas hiburan warga Jakarta zaman dahulu ini juga dapat menjadi inspirasi untuk berlibur di Jakarta, tanpa harus ke mal.

Berikut rekomendasi berbagai hiburan di Jakarta sesuai buku "Tenabang Tempo Doloe" karya Abdul Chaer dan buku "Jakarta 1950-1970 "karya Firman Lubis:

1. Radio, radio rakyat, dan mesin ngomong

Radio jadi temuan bermanfaat bagi umat manusia. Tidak hanya untuk menyebarkan informasi tetapi juga hiburan. Zaman dahulu, tepatnya 1950-an hanya ada stasiun Radio Republik Indonesia yang mengudara. Tidak hanya musi, stasiun radio juga menyiarkan sandiwara radio.

Selain radio biasa, juga ada radio rakyat yang berasal dari PESARRA (Perusahaan Saluran Radio Rakyat) yang meneruskan siaran radio RRI melalui kabel ke rumah yang tidak memasang listrik. Caranya menyangkutkan kabel ke rumah pelanggan yang tersambung ke kotak berat berfungsi sebagai penguat suara.

Pada era 1950-an, mesin ngomong aslias gramofon juga terkenal. Hanya orang yang terbilang mampu dapat membeli gramofon. Untuk itu biasanya rumah yang memiliki gramofon selalu ramai anak-anak tetangga, sekalipun lagu yang diputar itu itu saja.

2. Gambar idup alias film

Film pertama kali ditayangkan pada 5 Desember 1900 di Tanah Abang oleh De Nederlandsch Bioseopi Maatschappij. Film yang diputar adalah film bisu dan tidak diputar di gedung bisokop permanen. Jadi pertunjukan diselenggarakan berpindah-pindah.

Ada juga bioskop rakyat dengan harga yang terjangkau. Penonton biasanya menonton film dari ruang bilik bambu yang tidak punya atap, sehingga saat gerimis penonton bubar. Jadilah bisokop ini sering disebut misbar.

3. Sahibul hikayat

Ini terkenal di kawasan Tanah Abang, yakni tukang cerita yang disebut sahibul rakyat. Tukang cerita sudah ada sejak 1920an di Tanah Abang dan menghibur para penonton. Biasanya di acara cara besa septi pernikahan, sunatan, dan lainnya. Profesi sahibul rakyat ini diturunkan turun termurun.

4. Kesenian tradisional

Ada orkes gambus, grub rebana, orkes melayu, gambang kromong yang mengiringi para penari cokek, sandiwara lenong, dan tanjidor selalu memeriahkan suasana. Tak heran kesenian daerah asli Betawi ini selalu diundang di acara cara besar.

5. Pasar malam

Awal mula pasar malam justru berlangsung di Jalan Sudirman, Bendungan Udik, di sisi Barat Kali Krukut. Jika dibanding pasar malam di Monas yang lantas dipindah ke Kemayoran, pasar malam awal terbilang kecil. Namun antusias masyarakat sangat besar, lebih menonjolkan nikai kebersamaan dibanding komersial.

6. Membaca

Serial cerita silat, komik pewayangan, dan komik impor sangat disukai oleh remaja dahulu. Selain membeli, biasanya para remaja saling pinjam atau menyewa di perpusatakaan kecil-kecilan yang didirikan perorangan. Surat kabar juga menjadi bahan bacaan andalan lintas generasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com