Share this page

Tari Likurai, Persembahan untuk Menyambut Pahlawan Perang Belu

Kompas.com - 26/Jun/2019 , 15:58 WIB

Tari Likurai, Persembahan untuk Menyambut Pahlawan Perang Belu

KOMPAS.com - Konon, di daerah Belu, Nusa Tenggara Timur terdapat tradisi memenggal kepala musuh yang dikalahkannya sebagai simbol keperkasaannya. 

Nah, untuk merayakan kemenangan para pahlawan tersebut, biasanya ditampilkan Tari Likurai sebagai tarian penyambutan. Tarian ini merupakan ungkapan rasa syukur dan kegembiraan masyarakat akan kemenangan yang mereka dapatkan, juga kembalinya pahlawan dengan selamat.

Namun setelah era kemerdekaan, tradisi penggal kepala tersebut dihapuskan. Walaupun begitu, Tari Likurai masih dipertahankan oleh masyarakat Belu dan masih ditampilkan untuk upacara adat, penyambutan tamu penting, bahkan pertunjukan seni dan budaya.

Tanpa musik pengiring

Tari Likurai merupakan suguhan utama festival tahunan di Nusa Tenggara Timur, Festival Fulan Fehan.

Dalam pertunjukannya, Tari Likurai ditampilkan oleh para penari wanita dan penari pria. Jumlah penari biasanya terdiri dari 10 orang atau lebih penari wanita dan dua orang penari pria.

Penari wanita menggunakan pakaian adat wanita dan membawa Tihar (kendang kecil) untuk menari. Sedangkan penari pria juga menggunakan pakaian adat pria dan membawa pedang sebagai atribut.

Tari Likurai di Belu, NTT, merupakan tarian persembahan untuk pahlawan yang menang perang.https://pesona.travel Tari Likurai di Belu, NTT, merupakan tarian persembahan untuk pahlawan yang menang perang.

Dalam Tari Likurai, gerakan penari pria dan penari wanita berbeda. Gerakan penari wanita biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan kendang dengan cepat dan gerakan kaki menghentak secara bergantian.

Selain itu penari juga menari dengan gerakan tubuh yang melenggak-lenggok ke kiri dan ke kanan sesuai irama.

Gerakan penari wanita sebenarnya cukup sulit. Selain harus bergerak, penari juga harus berkonsentrasi memainkan kendang dan menjaga agar irama yang dimainkan tetap sama dengan penari lainnya.

Sedangkan gerakan penari pria biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan pedang dan gerakan kaki menghentak sesuai irama. Selain itu, penari pria juga sering melakukan gerakan seperti merunduk dan berputar-putar sambil memainkan pedang mereka.

Gerakan penari pria juga dianggap cukup sulit karena selain menari, penari juga harus menyesuaikan hentakan kakinya dengan irama musik.

Saat pertunjukan, Tari Likurai biasanya tidak menggunakan musik pengiring apapun. Suara musik yang digunakan biasanya berasal dari suara kendang kecil yang dimainkan oleh penari wanita dan suara giring-giring yang dipasang di kaki penari.

Selain itu suara teriakan para penari pria yang khas juga membuat tarian tersebut semakin meriah dan kesan tarian perang juga sangat terasa.

Baca juga artikel seru lainnya dari Nusa Tenggara Timur berikut:

Melihat Keagungan Tuhan dari Tanjung Mareha

Pantai Batu Putih, Dikelilingi Tebing Batu Berwarna Putih

Perjuangan Bung Karno, Diasingkan di Ende dan Lahirnya Pancasila

Baca informasi lainnya mengenai budaya di Indonesia lewat Pesona Indonesia.

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya