"Dengan bertambahnya kunjungan, bertambah pula kebutuhan amenitasnya. Homestay dapatmenjadi alternatif, yang bersaing dengan losmen dan resort, dengan mempromosikan budaya dan pengalaman lokal yang tidak dimiliki penginapan lain," terang Shafira.
Mengingat peran penting tersebut, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menjadikan pengembangan homestay dan desa wisata sebagai salah satu program prioritas. Khususnya, meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara dan permbedayaan masyarakat di bidang pariwisata.
Untuk itu, Kemenpar mengadakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Homestay dan Desa Wisata di Simeulue, Aceh, Selasa (9/7/2019). Acara tersebut diikuti oleh Tim Pengembangan Destinasi Regional I Kemenpar, Tim Percepatan Homestay, Tim Percepatan Wisata Perdesaan dan Perkotaan, dan 40 stakeholder pariwisata di Simeulue.
Bupati Simeulue Eril Hasim mengatakan, pulau Simeulue memiliki potensi pariwisata sangat besar. Akan tetapi, promosi pariwisatanya masih terbatas.
“Fasilitas pariwisata juga belum memadai. Transportasi publik pun belum tercukupi. Dampaknya, pulau Simeulue belum banyak dikunjungi wisatawan, sehingga dampak ke masyarakat sekitar akan manfaat pariwisata sangat belum terasa," terang Eril.
Baca juga: Kementerian Pariwisata Bantu Pengembangan Ratusan "Homestay" di NTT
Oleh karena itu, menurut Eril, keberadaan homestay sangat diperlukan untuk medukung akomodasi desa wisata. Homestay dinilai sebagai langkah nyata yang mampu memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Simeulue Abdul Karim. Menurutnya, melalui Bimtek Homestay dan Desa Wisata, Simeulue akan mampu mengembangkan sektor pariwisatanya.
"Untuk para peserta silakan ambil ilmu yang sebanyak-banyaknya dari narasumber yang kompeten di bidang homestay dan Desa Wisata," imbuhnya.
Sementara itu, Menteri Pariwista (Menpar) Arief Yahya menilai, homestay merupakan sebuah terobosan baik untuk pengembangan desa wisata. Sebab, nantinya homestay akan dimiliki oleh masyarakat di sekitar desnitasi wisata.
"Karena skalanya kecil, membangun homestay akan lebih mudah dan lebih fleksibel dibandingkan membangun hotel. Pembangunan homestay juga bisa tersebar di berbagai destinasi wisata di seluruh pelosok Tanah Air ," ujar Arief.
Untuk itu, Kasubid Pengembangan Destinasi Area I Kemenpar Andhy Marpaung mengimbau, dalam pengembangannya, homestay harus menggunakan konsep low-cost tourism (LCT).
Baca juga: Gunungkidul Kini Punya Desa Wisata Edukasi Lidah Buaya
Melalui konsep tersebut, pariwisata dapat dijadikan sebagai sebuah kebutuhan dasar. Untuk itu, harganya harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
"Caranya, kami harus menciptakan attraction, access, dan accomodation (3A) yang terjangkau dengan memanfaatkan kelebihan kapasitas (excess capacity) yang ada," jelas Andhy.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.