Tradisi ini sudah dijalankan secara turun temurun sejak zaman nenek moyang mereka. Apalagi, Haharu dipercaya sebagai lokasi pendaratan nenek moyang mereka di Sumba.
Baca juga: Keindahan Kain Sumba di Festival Tenun Ikat Sumba 2019
Ketua Tim Pelaksana CoE Kemenpar Esthy Reko Astuty mengapresiasi masyarakat Sumba yang selalu menjaga tradisi.
Ia menilai, Sumba memiliki potensi pariwisata yang luar biasa.
“Dan tentu bagus, khususnya secara ekonomi. Agar potensi makin optimal, maka perlu dilakukan penguatan amenitasnya. Konsep Nomadic Tourism sangat ideal diterapkan di Sumba,” kata dia.
Tema berbeda disajikan utusan Kecamatan Kanatang. Mereka menampilkan simulasi Perang, lengkap dengan tombak dan perisai.
Tema tersebut menjadi simbol masyarakat Bumi Merapu siap mempertahankan tanahnya dari cengkeraman penjajah. Tema serupa juga ditampilkan delegasi dari Waingapu.
Sementara itu, prosesi meminang (Purru Ngadi) disajikan delegasi asal Pandawai.
Aktivitas ini melibatkan 2 keluarga besar dari pihak mempelai putra dan putri.
Saat meminang, keluarga mempelai lelaki membawa beragam barang-barang hantaran.
Selanjutnya, delegasi Pandawai menampilkan prosesi membawa pengantin wanita atau Plai Ngandi Tau.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenar Muh. Ricky Fauziyani menjelaskan, Kuda Sandel memiliki banyak fungsi di Sumba.
Festival Kuda Sandel yang menampilkan fungsi hewan tersebut dalam kehidupan masyarakat Sumba ternyata menarik minat wisatawan.
“Dengan potensi besarnya, Festival Kuda Sandel ini memang bisa disajikan lebih meriah. Konten atraksinya sudah luar biasa,” kata dia.
Pemangku kebijakan sektor pariwisata Sumba pun berkomitmen untuk membuat Festival Sandalwood tahun depan lebih meriah.
Rencananya, Festival Sandalwood 2020 akan diikuti perwakilan masyarakat dari seluruh kabupaten di Pulau Sumba.