Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Asin, Sebuah Simbol Kebersamaan dan Kebanggaan Bangsa Indonesia

Kompas.com - 15/07/2019, 20:10 WIB
Nur Rohmi Aida,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

 KOMPAS.com – Sajian ikan asin dalam sebuah menu makanan bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Indonesia.

Meski tak banyak diketahui, dan kerap dipandang remeh lantaran harganya yang murah, ikan asin sebenarnya memiliki sejarah panjang sebagai olahan pangan yang sudah ada sejak jaman dulu.

Dihubungi KompasTravel Sabtu (12/07/2019), pakar kuliner Indonesia Murdijati Gardjito, yang dalam hidupnya sudah melahirkan sekitar 54 buku tentang kuliner Indonesia, menyebut bahwasanya, ikan asin merupakan teknologi yang sudah sangat tua.

Ikan asin merupakan teknologi yang sudah sangat tua. Bagi negara Indonesia  yang negaranya berupa kepulauan, ini merupakan pengetahuan lokal yang sudah diketahui dari dulu,” terangnya.

Stok ikan asin laut di Pasar Induk Cianjur, Jawa Barat jelang Ramadan tahun ini melimpahKOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Stok ikan asin laut di Pasar Induk Cianjur, Jawa Barat jelang Ramadan tahun ini melimpah
Pernyataan Murdijati ini berdasarkan Kitab Bomakawya yang menyebut bahwasanya pada abad ke 12, memberikan garam atau air laut yang diuapkan pada ikan dan hewan adalah salah satu cara mengawetkan.

Pada jaman itu ikan yang diasinkan merupakan ikan air laut ataupun ikan air tawar.

Ikan laut yang kerap diasinkan diantaranya layur, teri dan petek. Sementara ikan air tawar jarang diasinkan lantaran ikan air tawar relatif sewaktu-waktu bisa didapat.

Sementara itu, ikan asin dalam budaya, muncul dalam hidangan tradisi ‘slametan’. Dimana ikan asin dihidangkan dalam wujud gorengan rempeyek teri maupun gorengan ikan petek.

Murdijati menuturkan, makna ikan asin dalam sajian slametan ini adalah simbol tentang membangun kebersamaan,

“Karena ikan laut itu kan kalau berenang dalam kelompok. Sementara orang Indonesia suka dengan kegiatan gotong royong. Ini simbol kebersamaan,” paparnya.

Menurut Murdijati, ikan asin merupakan sahabat masyarakat Indonesia di berbagai wilayah. Ikan asin menjadi salah satu cara masyarakat mendapatkan protein hewani utamanya bagi masyarakat menengah ke bawah.

Senada dengan penuturan Ibu Murdijati, Fadly Rahman dalam bukunya “Jejak Nusantara” menyebutkan ikan kering yang diasinkan adalah jenis protein hewani yang sehari-hari menjadi pendamping utama beras.

Dalam tulisannya, Fadly menyebut sejak abad ke-13 Marcopolo dalam laporan perjalanannya menyinggung bahwa ikan di Asia Tenggara adalah yang terbaik di dunia

Baca juga: Sejarah Ikan Asin di Indonesia, Ternyata Dulu jadi Salah Satu Hidangan Upacara Besar

Ketika berada di Samara, sebutan untuk Sumatera, Marcopolo berkomentar: “tidak ada ikan terbaik untuk dihidangkan yang dapat ditemukan di belahan dunia mana pun dibandingkan dengan ikan yang ada di sini.”

Melansir dari bukunya, Fadly juga menyebut, kesaksian tersebut diperkuat hingga abad ke – 15, Ma Huan yang mencatat perjalanan muhibah Zheng He perihal murah dan melimpah ruahnya ikan di negeri Chao-wa (Jawa).

Jika dirangkum, umumnya bahan-bahan makanan yang dikonsumsi di Nusantara tidaklah jauh dari beras, ikan asin yang dikeringkan dan jenis-jenis minuman yang difermentasi.

Dengan demikian, ikan asin setidaknya bisa disebut sebagai kebanggaan Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com