Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Terjadi, Ini Beberapa Potret Awan Topi di Gunung Rinjani Lombok

Kompas.com - 17/07/2019, 19:31 WIB
Sherly Puspita,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena munculnya "awan topi" di puncak Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Rabu (17/7/2019) ini, menarik perhatian masyarakat.

Alhasil fenomena tak biasa ini menjadi obyek foto dan selfie bagi masyarakat sekitar dan pendaki Gunung Rinjani.

Kepala Seksi Wilayah I Lombok Utara, Taman Nasional Gunung Rinjani, Teguh Riyanto mengatakan, munculnya topi awan ini sebenarnya kerap terjadi di Gunung Rinjani.

"Sebenarnya fenomena ini sudah sering terjadi, cuma yang topi bentuk sempurna kayak tadi baru ini saja. Karena kami sudah sering terjadi kami yang di sekitar tidak begitu heboh," ujar Teguh saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/7/2019).

Baca juga: Fenomena Topi Awan Gunung Rinjani Jadi Latar Swafoto

Berikut foto-foto awan topi Gunung Rinjani yang sempat diabadikan.

1. Maret 2009

Topi awan yang muncul di Gunung Rinjani pada bulan Maret 2009.Dokumentasi Taman Nasional Gunung Rinjani Topi awan yang muncul di Gunung Rinjani pada bulan Maret 2009.

2. Mei 2018

Topi awan yang muncul di Gunung Rinjani pada bulan Mei 2018.Dokumentasi Taman Nasional Gunung Rinjani Topi awan yang muncul di Gunung Rinjani pada bulan Mei 2018.

3. September 2018

Topi awan yang muncul di Gunung Rinjani pada bulan September 2018.Dokumentasi Taman Nasional Gunung Rinjani Topi awan yang muncul di Gunung Rinjani pada bulan September 2018.

4. Juli 2019

Warga menyaksikan fenomena topi awan yang melingkari puncak hingga lereng Gunung Rinjani, di Lombok, NTB, Rabu (17/7/2019). ANTARA/Rosidin/aa Warga menyaksikan fenomena topi awan yang melingkari puncak hingga lereng Gunung Rinjani, di Lombok, NTB, Rabu (17/7/2019).

Teguh mengatakan, spot paling baik untuk menyaksikan awan topi ini adalah melalui jalur Sembalun di Lombok Timur.

Meski kerap terjaidi, Teguh menyebut fenomena ini tak pernah mengganggu pendakian. Hanya saja saat ini pendaki harus memperhatikan beberapa ketentuan pendakian pasca-gempa besar yang melanda Lombok.

Baca juga: Tak Hanya Gunung Rinjani, 3 Gunung Ini Juga Pernah Alami Topi Awan

Pertama, saat ini Anda belum diperbolehkan mendaki sampai puncak, pendakian harus berakhir di Pelawangan.

"Segara anak belum dibuka. Di Pelawangan sudah kami pasang tanda, bahwa itu batas akhir pendakian. Kami pasang tandanya di Senaru-Sembalun. Kalau di Timbanu dan Aibri memang tidak ada jalan ke bawah kecuali pakai tali," paparnya.

Tak hanya itu, kuota pendakian di empat jalur tersebut juga dibatasi. Sejak dibuka kembali bulan lalu, pihak Taman Nasional Gunung Rinjani memberlakukan sistem booking online untuk para pendaki. 

Baca juga: Fenomena Topi Awan di Gunung Rinjani, Ini Penjelasannya

Booking online bisa dilakukan melalui situs https://www.erinjani.id/ atau melalui aplikasi eRinjani yang bisa diunduh di Google Playstore.

Usai membuka website tersebut selanjutnya isi data serta tanggal keberangkatan. Setelahnya calon pendaki wajib menunjukkan ePrint booking code, kartu identitas, tiket asuransi jiwa dan surat keterangan sehat untuk keperluan verifikasi pendaki kepada petugas di pintu masuk pendakian.

"Untuk Jalur Senaru dan Sembalun maksimal 150. Kemudian Jalur Timbanuh dan Jalur Aik Berik maksimal 100 pendaki," ujar Teguh.

Baca juga: Meski Indah, Fenomena Topi Awan di Gunung Rinjani Simpan Bahaya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com