“Orangtua saya, almarhum Nikolaus Dahu selama hidupnya selalu mengajak saya untuk belajar langsung tentang mengolah air enau atau minse menjadi gola merah Kolang. Sejak proses awal hingga menghasilkan air enau atau minse-nya selalu mengajak saya dengan praktik langsung diatas pohon enau. Salah satu praktik yang diajarkannya secara langsung adalah tradisi Omar Ndara atau Kelo Raping di atas pohon Enau,” jelasnya.
Dari proses awal, lanjut Emilianus, seorang perajin gola merah kolang tidak melukai pohon enau melainkan pohon enau itu dirawat, dirayu dengan halus dan lembut.
Seorang perajin gola merah kolang harus merawat dan memberikan perhatian seumpama melamar seorang gadis cantik.
Jika dari awal seorang perajin gola merah kolang tidak menghormati dan menghargai pohon enau itu maka pohon enau melalui ndara atau kelo, batang pohon enau itu tidak akan menghasilkan air enau yang bening.
Landu, Syair Rayuan bagi Pohon Enau
Para perajin gola kolang mengganggap bahwa pohon enau seperi seorang gadis yang dirayu, dipuji dan dipuja karena keelokannya serta menghasilkan air kehidupan bagi kelangsungan hidup manusia. Dan juga menghasilkan pendapatan ekonomi keluarga untuk berbagai keperluan, seperti biaya pendidikan, beli pakaian, beli sembilan bahan pokok (sembako).