KOMPAS.com – Ritual Adat Yadnya Kasada digelar pada Kamis (18/7/2019).
Rangkaian ritual masyarakat adat Tengger di Pura Luhur Poten dan puncak Gunung Bromo, Probolinggo, telah digelar sejak Jumat, 12 Juli lalu.
Ritual Kasada ini menjadi daya tarik wisata di Bromo setiap tahunnya.
Untuk kamu yang belum tahu seputarUpacara Yadnya Kasada berikut ini fakta-faktanya:
1. Dilakukan dengan Melarung Sesaji
ANTARA FOTO/ZABUR KARURU Masyarakat Suku Tengger melarung sesajinya berupa hasil pertaninan ke kawah Gunung Bromo pada Upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (30/6/2018). Upacara Kasada merupakan upacara adat masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang Widi sekaligus meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka.
Ritual upacara Yadnya Kasada diikuti oleh warga di empat kabupaten. Warga melarung aneka hasil bumi dan sesaji ke dalam kawah Gunung Bromo.
Tujuannya agar terhindar dari musibah dan diberikan kemakmuran oleh leluhur.
2. Sesaji ini berupa hasil bumi, mulai dari hasil pertanian , perkebunan, ternak hewan dan masih banyak lagi
Sesaji yang dilarung ini merupakan hasil kekayaan Suku Tengger setiap tahunnya. Sedikit rezeki yang mereka dapatkan, dikeluarkan sebagian untuk acara Yadnya Kasada.
ANTARA FOTO/ZABUR KARURU Sesajen masyarakat suku Tengger diletakkan di bibir kawah Gunung Bromo pada Upacara Yadnya Kasada, Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (18/7/2019). Upacara Kasada merupakan upacara adat masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Sang Hyang Widi sekaligus meminta berkah dan menjauhkan dari malapetaka.
Hal itu merupakan bentuk syukur Suku Tengger atas nikmat dan rezeki yang sudah didapat. Sesaji ini berupa hasil bumi, mulai dari hasil pertanian , perkebunan, ternak hewan dan masih banyak lagi.
3. Diperebutkan oleh banyak orang
KOMPAS.com / RONNY ADOLOF BUOL Beberapa warga Suku Tengger mencoba menangkap sesaji yang dilemparkan ke dalam Kawah Bromo oleh penganut Hindu Tengger, saat Yadnya Kasada digelar pada 20-21 Juli 2016.
Sesaji yang dilarung ke Kawah Bromo diperebutkan oleh puluhan orang usai dukun, tokoh masyarakat dan warga Suku Tengger memanjatkan doa meminta keselamatan, keberkahan dan kesejahteraan.