Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Tangani Hipotermia Bukan Dengan Cara Disetubuhi, Ini Penjelasan Ahlinya...

Kompas.com - 23/07/2019, 19:11 WIB
Nur Rohmi Aida,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Media sosial ramai pemberitaan mengenai mengatasi hipotermia dengan cara disetubuhi.

Dalam info yang tersebar dituliskan cerita mengenai seorang pendaki perempuan yang mengalami hipotermia sudah dicoba beberapa cara namun tak kunjung berhasil, hingga akhirnya cara yang ditempuh adalah menyetubuhi korban.

Menanggapi cerita tersebut Kompas.com  pada Senin (22/07/2019) mencoba menghubungi Kepala Bagian Humas Badan SAR Nasional (Basarnas), Suhri Sinaga menyebut bahwa cara mengatasi hipotermi dengan cara disetubuhi adalah informasi yang sesat.

"Tidak ada itu metode menyetubuhi, itu ajaran sesat," ujar Sinaga.

Baca juga: Tips untuk Pendaki agar Tak Terserang Hipotermia

Senada dengan apa yang dikatakan Sinaga, KompasTravel mencoba menghubungi pendaki senior Mapala Universitas Indonesia Adiseno. Dalam keterangan tertulisnya, Adi juga menyebut bahwa cara skin to skin seharusnya tidak dengan cara disetubuhi,

“Skin to skin memang salah satu cara mengatasi tetapi ya tidak disetubuhi tentunya,” ujar Adi.

Sementara itu, dihubungi terpisah, dokter Instalasi Gawat Darurat RSCM dr. Hadiki Habib, SpPD menyebut skin to skin adalah metode yang kerap digunakan untuk mencegah hipotermia pada bayi.

“Skin to skin itu cara mengatasi hipotermia pada bayi baru lahir, di mana ibu langsung memeluk bayi agar panas ibu bisa ditransfer ke kulit bayi,” ujarnya.

Hadiki juga menyebut bahwa bersetubuh guna mengatasi hipotermia justru malah bisa beresiko menyebabkan kematian.

“Bersetubuh tidak bisa mengatasi hipotermia, bisa mati kedinginan dua-duanya,” ujarnya.

Mengenali Gejala Hipotermia

Hipotermia saat di Gunung bisa menyerang siapa saja. Melansir dari Kompas.com (Senin (22/07/2019) Korban hipotermia biasanya kondisi tubuhnya kaku, sehingga susah untuk menerima makanan dan minuman. Tubuh kaku tersebuti dicirikan dengan mengatupnya mulut korban.

Adi menyebut, beberapa gejala yang menunjukan hipotermia diantaranya adalah survivor akan menggigil, tidak fokus hingga pingsan.

“Gejalanya kedinginan yang lama. Menggigil, ini usaha tubuh menaikan suhu dirinya sendiri yang artinya suhu inti menurun. Mulai mengigau tidak fokus dan pingsan,” ujarnya.

Ia juga menyebut, jika ujung-ujung tubuh terasa beku maka itu juga bisa menjadi tanda awal hipotermia.

“Jika berada diluar lama dalam suhu rendah/ basah/ angin kencang sesama pendaki harus saling mencurigai kondisi hipotermia ke masing-masing rekan dan diri sendiri. Jika ujung ujung tubuh kita ( tangan, kaki, telinga, hidung) terasa beku maka bisa jadi awal hipotermia atau dalam lingkungan es salju sengatan beku (frost bite)," lanjutnya.

Baca juga: Viral, Bagaimana Skin to Skin yang Benar untuk Atasi Hipotermia?

Menangani Hipotermia

Salah satu cara menangani hipotermia, apabila korban sanggup membuka mulut dan merespons makanan, pendaki lain bisa memberikan makanan atau minuman hangat untuk membantu mengembalikan panas tubuh korban.

Adi menyebut gejala harus diperhatikan dan jika terdeteksi lakukan tindakan seperti diganti pakaian yg kering dan hangat serta masuk sleeping bag/selimut thermal dan diberi asupan hangat.

Sementara itu, Hadiki menyebut penanganan hipotermia, sebaiknya survivor juga harus dievakuasi ke lokasi yang lebih hangat,

“Hipotermia saat pendakian diatasi dengan segera mengevakuasi korban ke lokasi yang lebih hangat (dibawa turun), meletakkan korban di tempat tertutup yang terhindar dari angin dan hujan,”

Melansir dari Kompas.com (Senin (22/07/2019), adapun metode "skin to skin" yang diperbolehkan adalah kulit bersentuhan dengan kulit, bisa dengan saling berpelukan, misalnya di dalam sleeping bag untuk mengembalikan suhu badan ke angka normal. Skin to skin sebaiknya dilakukan oleh jenis kelamin yang sama atau yang sudah menikah.

Sementara itu, Adiseno menyebut, metode ini hanya dilakukan jika parah saja.

“Cukup berpelukan dalam kantung tidur/selimut agar panas tubuh penyelamat berpindah ke penyitas/penderita. Metode yang dipilih jika sudah parah saja,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com