Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berencana Mendaki Gunung? Ketahui Ini Biar Tak Salah Mengerti tentang Hipotermia

Kompas.com - 24/07/2019, 21:07 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Mendaki gunung adalah salah satu aktivitas berwisata yang digemari banyak orang. Panorama alam yang luar biasa sepanjang perjalanan, pertemuan dengan beragam manusia yang kerap kali memberi cerita baru, serta kepuasan tersendiri ketika berhasil melalui beragam rintangannya, menjadi alasan beberapa orang untuk tak bosan mencicipi asyiknya pendakian.

Baca juga: Cara Tangani Hipotermia Bukan Dengan Cara Disetubuhi, Ini Penjelasan Ahlinya...

Namun segala kenikmatan pendakian seyogyanya dibarengi oleh kesadaran setiap pendaki, bahwa gunung adalah alam yang memerlukan kesiapan ekstra untuk menikmatinya. Tak layak disepelekan hanya dengan pandangan, sekedar sebagai lokasi ajang untuk menambah keelokan feed Instagram.

Gunung menyimpan banyak hal tak terduga, beragam risiko, yang bisa saja membuat para pendakinya kembali hanya tinggal nama.

Di antara sekian banyak resiko, salah satu resiko berbahaya yang bisa saja dialami siapapun yang mendaki gunung adalah hipotermia. Sebuah kondisi di mana suhu tubuh seseorang menurun drastis hingga di bawah 35 derajat Celcius.

Baca juga: 5 Tips Agar Tidak Hipotermia saat Mendaki Gunung

Guna menghindari resiko ini, sudah selayaknya pendaki membekali diri dengan beragam ilmu, persiapkan fisik, serta peralatan memadai.

Berikit ini beberapa hal yang perlu kamu tahu seputar hipotermia biar Kamu tak salah mengerti tentang hipotermia:

1. Kenali Gejala

Adi Seno selaku senior Mapala Universitas Indonesia saat dihubungi KompasTravel menyebut beberapa gejala hipotermia. Pertama adalah kedinginan yang lama, kemudian menggigil sebagai usaha tubuh menaikan suhu dirinya sendiri yang artinya suhu inti menurun. Mulai mengigau, tidak fokus, hingga pingsan.

Adi menghimbau, jika berada diluar lama dalam suhu rendah/ basah/ angin kencang, sesama pendaki harus saling mengecek kondisi rekannya.

“Sesama pendaki harus mencurigai kondisi hipotermia ke masing-masing rekan dan diri sendiri. Jika ujung ujung tubuh kita (tangan, kaki, telinga, hidung) terasa beku maka bisa jadi awal hipotermia atau dalam lingkungan es salju sengatan beku (frost bite),” ujarnya.

2. Lakukan Pertolongan

Beberapa tahapan pertolongan hipotermia di antaranya adalah dengan membawa korban ke tempat yang lebih hangat dan terhindar dari paparan udara dingin.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh dokter Instalasi Gawat Darurat RSCM dr. Hadiki Habib, SpPD,

Hipotermia saat pendakian diatasi dengan segera mengevakuasi korban ke lokasi yang lebih hangat (dibawa turun), meletakkan korban di tempat tertutup yang terhindar dari angin dan hujan," tuturnya.

Pertolongan selanjutnya adalah dengan membuat korban tersadar jika pingsan, mengganti pakaiannya dengan pakaian kering, masuk sleeping bag atau selimut thermal, serta diberi asupan makanan minuman hangat saat korban sadar dan kondisi sudah stabil.

4. Lakukan Beberapa Hal Untuk Mencegah

Adi Seno memberikan beberapa saran supaya terhindar dari hipotermia saat mendaki gunung:

  • Menghindari cuaca ekstrim dengan berlindung dalam tenda atau bivak
  • mengenakan pakaian dan perlengkapan yang sesuai
  • meninggalkan catatan rencana perjalanan pada yg bertanggung jawab (jika ada perubahan cuaca pihak luar -misalnya ranger- bisa mengirimkan bantuan);
  • Memperhatikan asupan kalori, kalori yang cukup 2000-4000 kalori.
  • Menghitung kemampuan orientasi dan daya tahan tubuh.
  • Jika badai di ketinggian (lebih dr 5.000m) dimana angin bisa 100km/jam, pilihannya hanya berlindung hingga reda.

5. Berusaha untuk Terus Bergerak

Adi juga menyarankan untuk terus bergerak ketika tahu tujuan dan yakin di tujuan nantinya ada perlindungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com