Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Joseph Osdar
Kolumnis

Mantan wartawan harian Kompas. Kolumnis 

Dari Jauh Kelihatan Manado Tua dan Ribuan Turis

Kompas.com - 30/07/2019, 15:29 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ketika meresmikan Manado Beach Hotel, Soehato antara lain mengatakan, Sulawesi Utara ini adalah tanah yang di berkati Tuhan karena alamnya indah dan penduduknya sangat terbuka dan ramah teradap pendatang.

Saat itu Soeharto juga mungkin berkata dalam hati di Di Minahasa (Sulawesi Utara) orang bisa makan apa saja. Ia mengatakan dunia wisata di Sulawesi Utara sangat menjanjikan untuk pengembangan wisata di Indonesia.

Benar apa yang dikatakan Soeharto. Lima bulan setelah pelantikan pria dari Kampung Kolongan, Olly Dondokambey jadi Gubernur Sulut, di Istana Negara, Jakarta, 12 Frebuari 2016, turis asal Tiongkok menyerbu Sulawesi Utara, walaupun laut di Bunaken semakin kotor karena sampah plastik dari kota Manado.

Pada Juli 2016, jumlah turis dari luar negeri yang masuk ke Sulut, mencapai 48 ribu orang, padahal tahun 2015 masih mencapai angka 15 ribu orang. Sementara selama tahun 2016, turis domestik (datang dari seluruh Indonesia) sekitar 1,4 juta orang.

Tahun 2017, menurut Dinas Pariwisata Provinsi Sulut, tercatat jumlah wisata asing 85 ribu orang dan wisata domestik 1,4 orang. Para pengamat turis amatiran di Sulut menyebutkan laju kenaikan ini sekitar 200 persen dari tahun 2016.

Soal toilet 

Hari Selasa, 31 Mei 2017, Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan seluruh aparat/pejabat pemerintahan sipil dan militer/polisi, mengadakan kunjungan di pulau terluar provinsi itu, Miangas yang berbatasan dengan perairan Filipina selatan.

Puluhan wartawan dari Jakarta dan Manado ikut dalam rombongan.

Ketika melintasi pantai pulau kecil itu seorang wartawati televisi dari Jakarta berteriak, “Aduuuh indah sekali pantai ini.”

Seorang wartawan koran di Manado tidak kalah ikut berteriak,”Makanya jangan hanya ke Bali, di sini pantainya lebih indah.”

Wartawan lainnya, juga dari, Jakarta lebih keras berteriak dan bertanya, “Lalu kenapa turisme di sini jauh tertinggal dari Bali, Wakatobi, Yogyakarta, Bandung dan bahkan Kepulauan Seribu di Jakarta .“

Saat itu jawabannya sulit diberikan karena angin di pantai sangat kencang.

Salah satu jawabannya mungkin bisa kita ketemukan dalam acara kunjungan kerja Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani dalam acara pemberian kepada beberapa orang sebagai warga kehormatan Sulut di Manado, pada Jumat 23 September 2016.

Penerima gelar warga kehormatan itu adalah Puan Maharani, anggota Dewan Pertimbangan Presiden Rusdi Kirana, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy dan Joseph Osdar (wartawan).

Dalam sambutannya, Puan Maharani secara spontan mengatakan, dalam kunungannya ke Tiongkok beberapa bulan sebelumnya ia juga ikut mengimbau Pemerintah Tiongkok mendorong masyarakatnya datang ke Manado sebagai wisatawan.

“Kini banyak turis yang datang ke Sulut, tapi untuk mengukur kemajuan bidang wisata perlu dilihat berapa lama para turis itu tinggal di sini dan berapa uang yang dibelanjakan. Jangan hanya sebentar lalu pulang atau pergi ke tempat lain. Juga harus dilihat bagaimana keadaan penyediaan fasilitas jamban atau WC di sini,” ujar Puan saat itu.

Setelah acara itu Puan dan rombongan, diantaranya Ny Isma Yatun (waktu itu anggota DPR dan sekarang adalah salah satu pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan), mendatangi Pulau Bunaken, setelah gagal berlabuh di Pulau Gunung Manado Tua.

Gagal berlabuh di dermaga Manado Tua, karena air laut di pantai itu sedang surut. Ketika itu saya tunjukan bunga yang berwarna warni di atas sebuah bukit di Bunaken.

“Yuuk kita ke sana,”kata saya. Puan dan Isma Yatun secara serempak seperti koor menjawab, “Ada nggak WC di sana,”.

Dalam kata-kata pengantar pada rapat terbatas mengenai destinasi destinasi pariwisata prioritas di Kantor Kekresidenan di Komplkes Istana Jakarta, Senin, 15 Juli 2019 lalu, Presiden Joko Widodo mengingatkan soal masalah toilet atau WC ini.

Hadir dalam rapat ini, antara lain Gubernur Sulut Olly Dondokambey yang beberapa hari sebelumnya menjadi tuan rumah kunjungan Presiden ke Sulut.

“Fasilitas yang tersedia di lokasi wisata, tolong dicek betul. Ini saya minta pemerintah provinsi turun ke bawah. Kabupaten dan kota juga diajak bersama-sama untuk membenahi. Urusan kecil-kecil saya kira bukan pemerintah pusat. Pemerintah provinsi, kabupaten dan kota bisa melakukan ini. Yang berkaitan dengan ini, misalnya penataan pedagang kaki lima, penataan resto-resto kecil, kemudian toilet (WC)”, kata Presiden.

“Saya harapkan, standar untuk toilet ini minimal bintang empat sehingga betul-betul orang masuk wilayah wisata kita, ke destinasi wisata kita betul-betul diberikan sebuah pelayanan yanng baik,” lanjut Presiden.

Di awal sambutan pengantarnya, Presiden juga mengingatkan tentang gagasannya untuk membangun sepuluh Bali baru yang dikumandangkan tahun 2016, tiga tahun lalu.

“Dan beberapa bulan ini saya melakukan kunjungan kerja ke beberapa daerah dan melihat secara langsung pengembangan destinasi pariwisata. Saya ke Mandalika, Toba, kemudian ke Manado dan terakhir di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, “ kata Presiden.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com