Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Atsiri, Peninggalan Bung Karno yang Tak Banyak Diketahui

Kompas.com - 05/08/2019, 07:10 WIB
Nur Rohmi Aida,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Bunga-bunga marigold tampak tertata rapi. Warna orange, kuning dipadupadankan dengan penataan yang elegan menjadikan taman marigold di Rumah Atsiri terlihat mewah nan berkelas.

Area marigold tersebut kontras dengan apa yang penulis lihat ketika berkunjung ke taman ini 2016 silam.

Ketika itu, area taman masih terlihat kosong. Revitalisasi yang masih berlangsung di sejumlah bagian membuat lokasi ini terlihat kumuh dan berantakan. Jauh berbeda dengan yang terlihat sekarang.

Cantiknya taman marigold Rumah Atsiri IndonesiaKOMPAS.com/NUR ROHMI AIDA Cantiknya taman marigold Rumah Atsiri Indonesia

Namun meski banyak yang berubah, dan Rumah Atsiri jauh terlihat lebih bagus, beberapa bagian yang merupakan gedung lawas tetap bisa penulis lihat pada acara kunjungan KompasTravel bersama Kementerian Pariwisata pada Senin (29/7/2019) lalu.

Salah satu bangunan Rumah Atsiri sekarangKOMPAS.com/NUR ROHMI AIDA Salah satu bangunan Rumah Atsiri sekarang

Paulus Mintarga, owner dari Rumah Atsiri Tawangmangu, yang juga bergelut di dunia arsitektur ini, menyebut bahwa dirinya berusaha menerapkan teknik konservasi berdasarkan apa yang ia ketahui.

“Bangunan lama kita bedakan dengan yang baru, supaya tetap bisa terlihat. Yang lama struktur beton semua. Kita mendesain berdasar apa yang sudah ada. Bangunan yang baru, dicoba untuk dikonek-kan. Kita mencoba dengan fungsi baru, ga usah dibongkar tapi bagaimana bisa berfungsi kembali. Prinsip konservasi itu kan seperti itu,” tuturnya.

Rumah atsiri merupakan bangunan yang didirikan sekitar tahun 1963. Pabrik ini dibangun kisaran tahun yang sama dengan pembangunan Gelora Bung Karno. Tempat ini dulunya merupakan pabrik citronella kerja sama antara pemerintah Indonesia-Bulgaria.
Menurut penuturan Paulus, Soekarno ketika itu, berkeinginan membuat pabrik citronella (sereh wangi) terbesar di ASEAN.

“Pak Karno bercita-cita mendirikan pabrik citronella terbesar di ASEAN. Ketika bisa mentransformasikan visi itu kita senang. Kita tetap pegang visinya. Tempat ini kita kembangkan untuk dunia industri atsiri di Indonesia.

Makanya, karena kita tak bisa produksi, kita mengembangkannya lewat jalur edukasi. Konsepnya edu-rekreasi,” tuturnya.

Dalam masa-masa perkembangannya sejak sebagai pabrik atsiri hingga sekarang menjadi Rumah Atsiri, tempat ini mengalami beberapa pemindah tanganan.

Di era Presiden Soeharto menurut penuturan Paulus, tempat ini sempat difungsikan sebagai tempat research, namun karena pabrik ini sejak awalnya memang ditujukan sebagai sebuah pabrik yang besar, pada akhirnya pengelolaan sebelum-sebelumnya mengalami kegagalan.

Bahkan sempat pabrik ini dikelola oleh orang yang kemudian justru menjual barang-barang logam yang ada di dalam pabrik. Kini hanya tinggal beberapa alat termasuk mesin pencacah yang bisa dilihat.

Ragam Aktivitas di Rumah Atsiri

Pemandu tur Rumah Atsiri TawangmanguKOMPAS.com/NUR ROHMI AIDA Pemandu tur Rumah Atsiri Tawangmangu

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan wisatawan saat berkunjung ke Rumah atsiri Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Diantaranya, wisatawan akan diajak berkeliling area taman untuk berkenalan dengan aneka rupa jenis tanaman penghasil minyak atsiri.

Kami ditemani Nobi, salah satu pegawai Rumah Atsiri.

Dengan ramah ia menjelaskan kepada kami apa itu minyak atsiri, "Minyak atsiri itu minyak yang menghasilkan bau khas tanaman, dan memiliki sifat mudah menguap,” tuturnya.

Ia juga mengenalkan kami tanaman apa saja yang menghasilkannya. Mulai dari rosemary, bunga ceplok piring, kayu putih, citronella, dan beragam jenis tanaman lainnya.

“Kayu putih ini salah satu cirinya, selain dari baunya juga dari batangnya. Empuk dan berwarna putih,” ujarnya.

Ia lantas mengajak Kami semua untuk merasakan langsung bagaimana empuknya batang kayu putih.

Kami juga dibawa melihat bagian bangunan baru berdinding kaca yang digunakan untuk produksi minyak. Di sana, Kamii diperkenalkan mengenai teknik destilasi dengan alat-alatnya.

Selain tur taman, wisatawan nantinya juga bisa mendatangi kidz lab untuk praktek bersama anak-anak, menikmati hijau pemandangan dari atas jembatan layang, menjajal resto Rumah Atsiri yang menyajikan aneka rupa makanan dan minuman berunsur atsiri, serta membeli oleh-oleh khas tempat ini.

Rumah Atsiri dalam Konteks Pariwisata Berkelanjutan

Rumah Atsiri dilihat dari permodelannya menggambarkan bagaimana lokasi ini menunjukkan unsur pariwisata berkelanjutan.

Valerina Daniel, Ketua Tim Percepatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, pernah menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan mengusung unsur 3 P yakni: People, Planet dan Prosperity.

Baca juga: Mau Gratis ke Raja Ampat? Yuk Ikuti Kompetisi Foto ISTPC 2019!

Rumah Atsiri menunjukkan, bagaimana tempat ini berusaha mempertahankan bangunan dari sisi heritagenya. Keberadaanya juga berupaya untuk selalu bersinergi dengan masyarakat desa. Paulus menyebut sekitar 90 orang masyarakat sekitar menjadi pegawai di Rumah Atsiri.

Beberapa warga juga diberikan pelatihan agar bisa membuat produk berkualitas yang kemudian bisa dijual di toko Rumah Atsiri seperti munculnya menu keripik pegagan, seledri dan kenikir yang jadi oleh-oleh Rumah Atsiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com