Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun Depan, Tak Ada Lagi Pelepasan Lampion di Dieng Culture Festival

Kompas.com - 05/08/2019, 18:11 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

BANJARNEGARA, KOMPAS.com – Sejak pertama kali dilaksanakan pada 2013, pelepasan lampion menjadi salah satu highlight wisatawan yang menyambangi Dieng Culture Festival. Festival budaya yang digelar di Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah ini dari tahun ke tahun selalu dibanjiri pengunjung.

Selain karena upacara sakral pemotongan rambut gimbal anak-anak Dieng, pengunjung juga ingin merasakan syahdunya momen pelepasan lampion. Hal itu saya rasakan pada malam puncak Dieng Culture Festival, Sabtu (3/8/2019) malam.

Ribuan lampion diterbangkan ke angkasa, berlatarkan lagu Tanah Airku. Ribuan wisatawan ikut bersenandung. Suasana menjadi sangat syahdu, menghadirkan kehangatan di tengah dinginnya suhu Dieng yang menusuk tulang.

Ratusan lampion terbang di langit malam Dieng Culture Festival 2019 diiringi lagu Tanah Airku.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Ratusan lampion terbang di langit malam Dieng Culture Festival 2019 diiringi lagu Tanah Airku.

Namun keesokan harinya, Dieng Culture Festival lewat akun Instagram resmi @festivaldieng membuat story berisikan informasi baru.

“Terimakasih Indonesia, ini adalah tahun terakhir dieng culture festival dengan lampion. Tahun depan kita tidak akan menggunakan lampion lagi. Terimakasih yang telah mendukung kami, kalian yang terbaik, sampai jumpa di jazzatasawan 2020,” begitu keterangannya.

Pro dan Kontra

Sejak pertama kali digelar pada 2013, agenda pelepasan lampion tak lepas dari pro dan kontra. Alif Fauzi selaku Ketua Panitia DCF mengatakan, secara pariwisata, agenda pelepasan lampion memenuhi konsep something to see, something to do, dan something to buy.

“Wisatawan tidak hanya melihat, tapi juga melakukan dan melakukan pembelian. Dari segi ekonomi pariwisata semua unsur itu terpenuhi,” tutur Alif kepada KompasTravel, Senin (5/8/2019).

Baca juga: Lagu Tanah Airku Iringi Ribuan Lampion Dieng Culture Festival 2019

Meski begitu, sisi kontra datang dari banyak pihak. Selain dari warganet, keluhan juga muncul secara resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Dalam surat yang dikeluarkan KLHK bernomor 5.355/P3E.JW/TU/SET.1/7/2019, terdapat dua poin potensi risiko lingkungan yang terjadi terkait pelepasan lampion:

1. Risiko kebakaran yang akan mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hutan/lahan/pemukiman.
2. Risiko pencemaran sampah, baik yang diakibatkan oleh bahan baku lampion maupun sampah dari keseluruhan kegiatan selama 3 (tiga) hari.

“Dalam surat yang sama, salah satu sarannya adalah untuk menghentikan kegiatan penerbangan lampion. Padahal kami sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait hal ini. Kami juga sudah koordinasi dengan AirNav, bahwasanya lampion tidak berbahaya untuk lalu-lintas penerbangan,” tutur Alif.

Suasana gelaran Dieng Culture Festival.SHUTTERSTOCK/BANGHOL Suasana gelaran Dieng Culture Festival.

Terkait risiko kebakaran, Alif menjelaskan, pihaknya selalu siaga pemadam kebakaran dan relawan yang ditempatkan di samping gunung. Selama ini, turunnya lampion selalu ada di sekitar area festival.

“Lampion akan mati dan kembali turun setelah sekitar satu menit diterbangkan. Bahkan turunnya tidak mencapai radius tiga kilometer,” tambahnya.

Baca juga: Kubro Siswo Tampil di Dieng Culture Festival 2019, Penonton Bisa Kesurupan

Kemudian, terkait kebersihan, Alif menyebutkan pihaknya selalu mengadakan Aksi Dieng Bersih setiap hari selama festival berlangsung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com