“Bener-bener mirip Mars, Wan. Batu-batu tinggi,” kata saya meski hanya tahu Planet Mars dari foto maupun literatur lainnya.
Bongkahan batu khas letusan vulkanik juga bervariasi ukurannya. Ada batu kerikil hingga kerikil batu setinggi lebih dari satu meter.
Di kiri jalur pendakian, terdapat jurang terjal sedalam lebih dari 20 meter. Bila tak hati-hati melintas, kaki akan terperosok ke jurang dan nyawa menjadi taruhannya.
Bagi saya, ini adalah salah satu pengalaman mendaki gunung terbaik sepanjang bergelut di dunia pendakian. Jalur yang bervariasi dan menantang serta pengalaman melihat kawah gunung dari dekat adalah ganjaran berpeluh keringat.
Hesti dan Reza juga tak ketinggalan untuk mengabadikan momen. Kami bergantian mengabadikan diri dengan tetap mengutamakan keselamatan.
Wawan mengingatkan agar tak berlama-lama di berada di pinggir kawah. Kami langsung angkat ransel dan berbelok turun ke jalur pendakian Guci.
Gunakan masker dan sepatu khusus mendaki gunung. Ajak juga rekan yang telah berpengalaman mendaki gunung atau gunakan jasa pemandu gunung yang berpengalaman dan bersertifikat resmi.
Bila diingat pengalaman pendakian gunung dengan 3.428 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini akan terasa mengerikan.
Apalagi, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status Gunung Slamet dari status normal (level I) menjadi waspada (level II) per tanggal 9 Agustus 2019 pukul 09.00 WIB.
Dengan tanda-tanda yang terdeteksi, Kasbani mengatakan sewaktu-waktu erupsi atau letusan bisa saja terjadi di Gunung Slamet.
Gunung Slamet, semoga kamu tetap tenang…
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.