Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Permata Tersembunyi di Yogyakarta

Kompas.com - 15/08/2019, 15:07 WIB
Silvita Agmasari,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

Hasan bercerita bagamana bisnis penginapannya terbentuk. Dari tadinya sebuah taman buah di tengah sawah berubah menjadi penginapan yang menawarkan berbagai aktivitas menyenangkan.

"Di Omah Kecebong selain menginap kami menyediakan banyak aktivitas bagi wisatawan, seperti foto dengan kebaya dan beskap, naik bajingan (gerobak sapi), atau membuat wayang jerami suket. Kami mengajak warga desa untuk bekerja sama pada setiap kegiatan wisatawan," jelas Hasan di Omah Kecebong, Yogyakarta, Kamis (10/5/2018).

Untuk akomodasi, ada lima rumah joglo di Omah Kecebong terdiri dari Omah Gladak, Omah Lawas, Omah Antik, Omah Nduwur, dan Omah Mburi. Sedangkan untuk rumah bambu terdiri dari Omah Bamboe dan Omah Barak. Setiap rumah memiliki kapasitas tamu yang berbeda. Mulai dari 2-18 orang tamu.

Setiap rumah sudah dilengkapi AC, televisi, dan air panas di kamar mandi. Untuk fasilitas lainnya, seperti dapur, disesuaikan dengan jenis rumah. Contohnya pada Omah Gladak terdapat dapur dengan alat masak dan peralatan makan lengkap. Harga menginap di Omah Kecebong juga beragam. Mulai Rp 750.000 per malam, sudah termasuk sarapan.

Baca juga: Soto Sampah sampai Soto Sawah, 5 Tempat Rekomendasi Soto di Yogyakarta

Jika permintaan akan kamar tinggi, Omah Kecebong juga menawarkan pilihan menginap di tenda kemah dengan harga yang lebih terjangkau. Dihargai Rp 225.000 untuk kapasitas tenda dua orang, sudah termasuk matras, selimut, lampu gantung, kompor dan gas, nesting, serta sarapan.

Selain penginapan, Omah Kecebong juga memiliki halaman rumput luas dan fasilitas outbound yang cocok untuk wisatawan kelompok. Terdapat juga pendopo tempat cafe dan restoran dengan pemandangan sawah dan pedesaan yang asri. Restoran dan cafe ini menawarkan berbagai hidangan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang menggugah selera.

Suasana di destinasi wisata Omah Kecebong, Desa Cebongan, Kabupaten Sleman, DIY, Rabu (9/5/2018)KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Suasana di destinasi wisata Omah Kecebong, Desa Cebongan, Kabupaten Sleman, DIY, Rabu (9/5/2018)

Hasan rupanya sadar bahwa penginapannya memiliki lokasi yang cukup jauh dari pusat keramaian, sekitar 10 kilometer dari Tugu Yogyakarta. Untuk itu ia menciptakan pasar sendiri, terutama bagi wisatawan milenial yang haus akan pengalaman lokal dan hasil foto nan Instagramable.

Hasan merancang paket aktivitas yang menarik bagi wisatawan milenial dan bekerja sama dengan fotografer profesional di Yogyakarta.

Ia membuat paket berfoto dengan kebaya dan beskap seharga Rp 150.000 per orang sudah termasuk sewa pakaian lengkap. Ada juga paket berfoto dengan pakaian tradisional, berkeliling desa naik gerobak sapi, dan makan siang bersama yang dihargai Rp 225.000 per orang.

Baca juga: 5 Taman Rekreasi Anak di Sekitar Yogyakarta, Solo, dan Semarang

Setiap kegiatan diabadikan oleh fotorgafer profesional yang siap memberi hasil foto digital beresolusi tinggi, sudah termasuk dalam harga paket aktivitas. Jadi jika wisatawan tak ingin menginap di Omah Kecebong, tetap dapat menikmati pengalaman yang menyenangkan.

Aktivitas seru yang diabadikan dalam foto-foto hasil jepretan fotografer profesional tersebut rupanya efektif menjadi cara promosi Omah Kecebong. Semakin seru kegiatan, semakin baik kualitas foto, maka semakin senang tamu Omah Kecebong membagikan pengalaman liburan lewat media sosial.

Di Instagram, Omah Kecebong punya lebih dari 4.000 pengikut, dengan foto bertanda tagar #omahkecebong dan #omahkecebongjogja lebih dari 1.500 foto.

Baca juga: Tempat Kuliner Baru di Nglanggeran Yogyakarta, Ada Belalang Goreng

Ungkapan word of mouth atau promosi dari mulut ke mulut agaknya kurang efektif di kalangan wisatawan milenial. Hasan membuktikkan promosi touch to touch atau sentuhan jari dari layar smartphone jelas lebih jitu untuk menggaet wisatawan milenial.

Namun tentunya sesuai kata Hasan, sebagus apapun hasil foto yang dibagikan tamu Omah Kecebong, pelayanan staf, kelezatan makanan, dan kebersihan akomodasi tetap menjadi faktor utama. Hich tech atau teknologi tinggi tetap memerlukan high touch atau pelayanan yang baik dalam dunia pariwisata.

Wisatawan diajak menari tarian tradisional Desa Cebongan di destinasi wisata Omah Kecebong, Desa Cebongan, Kabupaten Sleman, DIY, Rabu (9/5/2018)KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Wisatawan diajak menari tarian tradisional Desa Cebongan di destinasi wisata Omah Kecebong, Desa Cebongan, Kabupaten Sleman, DIY, Rabu (9/5/2018)

Warga desa yang juga menjadi pengendara gerobak kerbau, pelatih wayang suket dan batik, serta penari tradisional diberi pelatihan untuk menghadapi wisatawan khususnya milenial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com