Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Permata Tersembunyi di Yogyakarta

Kompas.com - 15/08/2019, 15:07 WIB
Silvita Agmasari,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Deru sepeda motor terdengar jelas dari pematang sawah Desa Sendari, Sleman, Yogyakarta. Waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB, matahari mulai tenggelam dan memantulkan semburat warna oranye-merah muda.

Di tengah sawah luas dengan padi yang mulai menguning hanya ada saya dan rekan saya di atas sepeda motor. Tak tampak orang atau kendaraan lalu lalang selain kami berdua.

"Ini benar tidak ya Google Mapsnya?" tanya rekan saya mulai ragu.

"Kalau kata internet sih arahnya sudah benar," kata saya dengan mantap.

Padahal, saya mulai ragu dengan petunjuk peta digital. Kami jauh dari keramaian, di tengah desa entah berantah. Sore itu kami dalam perjalanan menuju penginapan yang dipesan atas rekomedasi teman.

Baca juga: Tak Hanya Kota dan Pantai, Ini 5 Desa Wisata di Yogyakarta

Sebuah foto di Instagram yang menggambarkan teman sedang berpakaian tradisional berbahan lurik menarik perhatian saya.

Belum lagi berbagai kegiatan seru seperti berkeliling desa naik kerbau, membuat wayang suket yang mulai langka, membatik, dan menonton tarian tradisional. Deretan foto di media sosial tersebut semakin memantapkan saya untuk memilih penginapan ini jika berlibur ke Yogyakarta.

Usai lima menit berkendara dengan pemandangan sawah, tampak jalan desa yang lebih besar dengan tepi jalan dipenuhi pohon jati. Petunjuk penginapan sudah mulai tampak. Ekspresi wajah kami tak tergambarkan, antara lega dan bahagia. Akhirnya, 45 menit bersepeda motor dari Kota Yogyakarta tujuan mulai tampak.

Sebuah rumah joglo dengan papan penanda nama akomodasi yang kami pesan menghentikan laju sepeda motor. Kami sampai di depan rumah adat khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang didominasi kayu serta atap trapesium sebagai ciri khas.

Omah Gladak, rumah jawa yang dapat diinapi tamu di Omah Kecebong, Sleman, Yogyakarta. KOMPAS.com/SILVITA AGMASARI Omah Gladak, rumah jawa yang dapat diinapi tamu di Omah Kecebong, Sleman, Yogyakarta.

Rumah ini tampak apik dan serasi dengan suasana pedesaan. Memberi sensasi hangat pada perasaan. Saya seakan pulang ke rumah nenek dan ditunggu makanan rumah yang lezat.

Sepeda motor kami parkirkan. Begitu memasuki joglo, kami baru sadar bahwa ternyata rumah tersebut dimodifikasi menjadi gerbang masuk. Kami lantas mengikuti jalur setapak yang penuh tanaman hias dan pohon-pohon aneka buah.

Perjalanan berakhir di sebuah pendopo besar yang ternyata restoran. Pemandangan halaman hijau nan luas dan deretan rumah joglo aneka bentuk memanjakan mata. 

"Selamat datang di Omah Kecebong, sudah memesan kamar?" sambut petugas penginapan dengan sopan.

Rupanya tas ransel besar kami sudah menggambarkan bahwa kami akan menginap di Omah Kecebong.

Permata tersembunyi itu bernama Omah Kecebong

Sesampainya di Omah Kecebong, kami disajikan es wedang yang melegakan dahaga. Tak lama seorang pria berbadan tegap memperkenalkan diri sebagai pemilik Omah Kecebong, Hasan Prayogo. Ia bertanya kepada kami dari mana mengetahui penginapannya. Kami menjawab dari rekomendasi teman di media sosial. Ia pun tampak tak heran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com