Perjalanan menuju puncak ditempuh pada dini hari sekitar pukul 02.00 WIB.
Selepas Pos Sanghyang Ropoh, jalur berbatu sudah muncul. Jalur relatif terjal dengan kemiringan sekitar 50 derajat. Jangan lupa perhatikan langkah saat mendaki, terlebih bila dini hari.
Tiba di Persimpangan jalur Apuy – Palutungan, wajah-wajah pendaki yang kelelahan mulai tampak. Nafas yang terengah-engah seperti kekurangan oksigen juga terdengar. Perjalanan tinggal sekitar 30 menit dari Pos Goa Walet menuju puncak Gunung Ciremai.
Jalan bebatuan dan kadang-kadang harus melewati celah-celah batu menjadi hiburan kami. Pendaki yang berjalan lambat dan takut kehilangan kehilangan momen matahari terbit tak perlu khawatir.
Beruntungnya, momen matahari terbit tetap bisa terlihat oleh pendaki.
Di puncak Gunung Ciremai, pendaki-pendaki dari lintas usia yang didominasi generasi millenial terlihat ramai.
Mereka berburu foto matahari terbit dan tak jarang berswafoto dengan berbagai sudut pandang yang berbeda untuk kepentingan koleksi foto Instagram.
Cuaca yang cerah membayar semua kelelahan. Pendaki bisa melihat eloknya dua kawah biru dan bunga edelweiss yang memanjakan mata.
Bagi saya petualangan yang baru selalu menjadi memori indah saat berlibur. Gunung-gunung indah di Indonesia menunggu untuk dijelajahi.
Setiap petualangan termasuk pendakian ke Gunung Ciremai memang selalu membawa cerita baru. Setidaknya, keindahan Gunung Ciremai akan selalu diburu para generasi millenial.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.