Konferensi Asia Afrika
Pada tahun 1955, Bandung dipilih menjadi tempat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA). Para pemuda di Kota Bandung sibuk menjadi panitia.
Ada yang bertugas mengumpulkan kendaraan dari para pembesar di Bandung untuk para delegasi, hingga mengurus santapan yang akan dihidangkan.
Berbagai makanan terkenal di Kota Bandung pun dikumpulkan. Salah satunya mi goreng Pak Suyud. Sejak saat itu, mi goreng Pak Suyud pun makin terkenal.
Setelah Suyud meninggal, Sani menggantikan bisnis mi dan nasi gorengnya. Berbeda dengan sang ayah, ia mengubah konsep jualan.
Dari mulai menggunakan anglo hingga berjualan dari siang hingga Isya. Bahkan jika sudah habis, ia bisa tutup sore hari.
“Banyak yang bilang aneh, karena nasi dan mi goreng biasanya dijual malam. Tapi meski dibilang aneh, banyak orang yang ngikut,” tutur Sani.
Harga Khusus Pelajar
Keunikan lainnya dari mi dan nasi goreng Sani Landoeng adalah porsinya yang besar. Satu porsi seharga Rp 20.000 bisa untuk dua orang.
Jadi bagi mereka yang makan sedikit, setengah porsi pun bisa tidak habis. Untuk itu, bijaklah saat memesan sehingga tidak ada makanan yang terbuang.
Hal unik lainnya adalah harga. Sani memberikan potongan harga Rp 5.000 untuk pelajar dan mahasiswa. Jadi jika harga umum Rp 20.000, bagi para pelajar dan mahasiswa cukup membayar Rp 15.000.
Potongan harga ini diberlakukan sejak generasi pertama. Ayahnya, Suyud, kerap memberikan diskon pada para mahasiswa yang merantau ke Bandung untuk belajar.
Bahkan bila uang kiriman orangtua para mahasiswa belum cair, mereka kerap mengutang kepada Suyud.
Ada kalanya para mahasiswa ini akan membayar dengan pakaian atau barang lainnya, tapi Suyud selalu menolak.