Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Tips Mendaki Gunung di Musim Kemarau

Kompas.com - 20/08/2019, 14:07 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Musim kemarau merupakan saat yang tepat untuk mendaki gunung. Cuaca yang cenderung cerah membuat pemandangan indah dari ketinggian lebih besar kemungkinannya untuk dinikmati.

Para pendaki pun juga kemungkinan besar akan terhindar dari ancaman cuaca buruk seperti hujan lebat, badai, atau petir. Hal itu tentu saja membuat aktivitas pendakian menjadi semakin menyenangkan.

Baca juga: 5 Tips Agar Tidak Hipotermia saat Mendaki Gunung

Namun di balik segala kenyamanan itu, tetap saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mendaki gunung di musim kemarau. Masih ada beberapa ancaman yang harus diwaspadai oleh pendaki gunung.

Berikut ini adalah 4 tips mendaki gunung di musim kemarau:

1. Udara lebih dingin, siapkan perlengkapan yang memadai

Meski tidak hujan, suhu udara di musim kemarau rata-rata akan lebih dingin daripada ketika musim penghujan. Dinginnya udara akan sangat terasa terutama pada malam atau dini hari saat cuaca cerah.

Ilustrasi Jaket Gunung.Shutterstock Ilustrasi Jaket Gunung.

Oleh karena itu, penting untuk membawa perlengkapan memadai untuk menjaga tubuh tetap hangat seperti tenda, jaket gunung, baju ganti, hingga sleeping bag. Perlengkapan itu sangat dibutuhkan saat beristirahat di malam hari ketika fisik tidak banyak bergerak.

Jika sampai tidak membawa perlengkapan yang memadai sehingga tubuh terus terpapar udara dingin saat beristirahat, hal itu semakin meningkatkan risiko terkena hipotermia.

2. Rawan kebakaran, jangan buat api unggun

Jarangnya hujan turun di gunung pada musim kemarau menyebabkan kondisi kering dan gersang. Padang ilalang dan pepohonan akan mengering sehingga menyebabkan rawan terjadinya kebakaran hutan.

Kebakaran memang bisa disebabkan oleh alam ketika ranting atau dahan kering saling bergesekan akibat ditiup angin sehingga menyebabkan percikan api sebagai pemicu kebakaran.

Petugas mematikan titik api di puncak Gunung ArjunoDokumentasi BPBD Jatim Petugas mematikan titik api di puncak Gunung Arjuno

Meski demikian, pendaki juga harus meminimalkan risiki kebakaran. Salah satu caranya adalah tidak membuat api unggun atau perapian. Dinginnya udara gunung memang bisa diatasi dengan api unggun, tetapi hal itu sekaligus meningkatkan risiko terjadinya kebakaran.

Baca juga: Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, Simak Estimasi Waktunya

Bara api dari perapian bisa saja tertiup angin dan jatuh di padang ilalang kering yang sangat mudah terbakar. Oleh karena itu, api unggun sangat dilarang, terutama saat musim kemarau. Pendaki yang merokok pun tidak boleh membuang puntung rokoknya sembarangan.

3. Banyak sumber air kering, bawa bekal air yang cukup

Ada banyak gunung yang terdapat sumber air sehingga pendaki tidak perlu membawa banyak bekal air dari bawah. Namun, banyak pula sumber air itu yang mengering saat musim kemarau.

Seorang Pendaki sedang minum di Gunung Sumbing.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Seorang Pendaki sedang minum di Gunung Sumbing.

Jika sumber air kering, pendaki tidak bisa minum atau mengisi bekal airnya di sana. Mau tidak mau, bekal air yang cukup harus dibawa dari bawah jika sumber air mengering. Pendaki juga harus menghemat bekal airnya.

Sebelum mulai mendaki gunung saat musim kemarau, ada baiknya untuk mencari informasi terlebih dahulu mengenai kondisi sumber airnya saat di basecamp pendakian. Jangan sampai kehabisan air saat mendaki gunung.

4. Kondisi lebih berdebu, bawa masker atau kacamata

Jarangnya turun hujan di gunung saat musim kemarau juga menjadikan kondisi jalur pendakian menjadi kering dan berdebu. Saat kaki memijak atau melangkah, debu akan langsung beterbangan.

Kondisi jalur pendakian di Gunung Sumbing yang kering saat musim kemarau.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Kondisi jalur pendakian di Gunung Sumbing yang kering saat musim kemarau.

Hal itu tentu tidak sehat bagi pernapasan. Oleh karena itu, dibutuhkan perlengkapan untuk melindungi pernapasan dari debu seperti masker. Jika tidak memakai masker, debu akan banyak terhirup dan masuk paru-paru.

Baca juga: Sindoro via Tambi, Ini Estimasi Waktu Pendakiannya

Selain pernapasan, debu yang beterbangan juga rawan masuk ke mata. Kacamata pun sangat dibutuhkan untuk mengurangi paparan debu yang mengenai indera pengelihatan agar mata tetap segar dan sehat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com