Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semilir Angin Segar dari Danau Toba

Kompas.com - 22/08/2019, 07:00 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Sinar matahari kala itu di Danau Toba tertutup awan-awan yang menggumpal. Semilir angin telah membuai hingga saya terlena dibuatnya. Hamparan danau vulkanik terbesar di dunia ini menghipnotis mata.

Pada sebuah sore jelang kepulangan ke Jakarta, saya masih ingin menjelajahi Danau Toba. Keindahan alam Danau Toba yang dikelilingi tebing dengan ketinggian 1.200 meter ini serasa memanggil untuk datang.

(Baca juga: 5 Pesona Pulau Samosir yang Ada di Tengah Danau Toba)

Akhirnya, dari Bandara Silangit di Siborong-Borong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Bukit Penatapan Hutaginjang jadi pilihan. Sebuah pilihan obyek wisata yang tak pernah saya sesalkan untuk dikunjungi.

Letak Bukit Panatapan Huta Ginjang berada sekitar 8 kilometer dari Bandara Silangit. Bukit Huta Hinjang menawarkan pemandangan Danau Toba dari ketinggian.

Huta Ginjang di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.KOMPAS.com/MEI LEANDHA Huta Ginjang di Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Wisatawan akan melewati jalan yang berkelok-kelok dan sedikit tak rata jelang tiba di Bukit Huta Ginjang. Waktu tempuh dari Bandara Silangit terbilang tak lama yakni 10 menit menggunakan mobil.

Di sepanjang jalan menuju lokasi Huta Ginjang, banyak pepohonan pinus yang tumbuh di di pinggir jalan.

(Baca juga: Instruksi Presiden, Pembangunan Infrastruktur Pendukung Pariwisata Danau Toba Dikebut)

Sejauh mata memandang, hamparan hutan pinus yang kokoh dan tumbuh liar menjadi pemandangan yang menyegarkan mata dan siap membuat hati tenang bagi yang melihatnya.

Begitu tiba, semilir angin bertiup di punggung bukit yang terjal di sisi ujung yang menghadap ke Danau Toba. Seorang warga dari Tapanuli Utara, Danang, menyebutkan Bukit Panatapan Huta Ginjang ini juga merupakan tempat landasan terbang olahraga udara gantole dan paralayang.

Pelataran Parkir Bukit Huta Ginjang di Desa Dolok Martumbur, Kecamatan Muara, Tapanuli Utara, Selasa (23/8/2016). Obyek wisata ini terletak kurang lebih berjarak 8 kilometer dari Bandara Silangit, Siborong-Borong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara. KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Pelataran Parkir Bukit Huta Ginjang di Desa Dolok Martumbur, Kecamatan Muara, Tapanuli Utara, Selasa (23/8/2016). Obyek wisata ini terletak kurang lebih berjarak 8 kilometer dari Bandara Silangit, Siborong-Borong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Di bukit ini, wisatawan bisa duduk di tepi landasan terbang melihat perbukitan yang ditumbuhi pepohonan pinus sambil menikmati angin semilir. Mengarahkan lensa kamera ke berbagai sudut Danau Toba sudah pasti akan menghasilkan foto yang indah.

Bukit Huta Ginjang memang salah satu alasan yang tepat saat berlibur ke Danau Toba. Bagi warga ibukota seperti saya yang kerap terjebak dengan kemacetan lalu lintas, Huta Ginjang adalah tempat yang bisa meningkatan hormon endorphin.

(Baca juga: 6 Fakta tentang Danau Toba, Erupsi Purba hingga Danau Vulkanik Terbesar di Dunia)

"Di sini tempat yang pas untuk berlibur. Kalau dari Bandara Silangit, mesti mampir ke Huta Ginjang," kata Danang.

Lokasi Bukit Huta Ginjang terletak di ketinggian sekitar 1.555 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dataran berketinggian setengah dari tinggi Gunung Gede di Jawa Barat ini memang kaya akan angin yang bertiup.

Huta Ginjang di Tapanuli.https://pesona.travel Huta Ginjang di Tapanuli.
Secara harafiah, Huta Ginjang sendiri berasal dari kata Huta berarti kampung dan Ginjang berarti atas. Oleh karenanya, Huta Ginjang merupakan kampung yang berada di atas.

Di sekitar bukit, terdapat toilet yang bisa digunakan oleh wisatawan. Beberapa penjual juga terlihat menjajakan makanan dan minuman.

Baca juga: Masuk 10 Destinasi Bali Baru, Kemenpar Terus Gali Potensi Danau Toba)

Danang menceritakan obyek wisata Bukit Huta Ginjang memang kerap menjadi incaran wisatawan. Rata-rata wisatawan ingin menghabiskan waktu untuk menikmati pemandangan hamparan air Danau Toba dari ketinggian.

Danau Toba memang menyimpan keajaiban. Di balik danau yang membentang luas nan elok, Danau Toba ternyata merupakan sebuah gunung.

Pemandangan Danau Toba yang terlihat dari obyek wisata reliji Bukit Doa Tapanuli Bersinar (Taber) di Huta Ginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Foto diambil Jumat (9/9/2016).Nursita Sari Pemandangan Danau Toba yang terlihat dari obyek wisata reliji Bukit Doa Tapanuli Bersinar (Taber) di Huta Ginjang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Foto diambil Jumat (9/9/2016).
Van Bemmelen, geolog Belanda yang pada 1939 untuk pertama kali mengemukakan bahwa Toba adalah gunung api. Lokasi Danau Toba dulunya merupakan sebuah gunung yang kemudian meletus hebat.

Kini, gunung api raksasa (supervolcano) bersemayam di bawah Danau Toba. Setelah meletus hebat, Kaldera Toba tertutup bebatuan beku. Air kemudian mengisi kaldera hingga membentuk danau.

(Baca juga: Melihat Keindahan Danau Toba dari Ketinggian)

Perjalanan saya ke Bukit Huta Ginjang memberikan pengalaman yang tak terlupakan, setidaknya hingga saat ini. Kesan megah dan magis Danau Toba selalu memanggil kembali untuk datang. Akankah saya bisa menikmati angin segar di Danau Toba?

Angin segar dari pemerintah untuk mengembangkan Danau Toba

Pada akhir bulan Juli 2019, Jokowi bersama menteri-menteri terkait seperti Menteri Pariwisata, Arief Yahya; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono; Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi bertolak ke Danau Toba dalam rangka kunjungan kerja untuk memastikan pengembangan pariwisata Danau Toba.Dok. Kementerian Pariwisata Pada akhir bulan Juli 2019, Jokowi bersama menteri-menteri terkait seperti Menteri Pariwisata, Arief Yahya; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono; Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi bertolak ke Danau Toba dalam rangka kunjungan kerja untuk memastikan pengembangan pariwisata Danau Toba.
Presiden Jokowi telah menetapkan Danau Toba ke dalam program Percepatan Pembangunan Destinasi Super Prioritas bersama Candi Borobudur (Jawa Tengah), Manado (Sumatera Utara), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), dan Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur).

Pada akhir bulan Juli 2019, Jokowi bersama menteri-menteri terkait seperti Menteri Pariwisata, Arief Yahya; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono; Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi bertolak ke Danau Toba dalam rangka kunjungan kerja untuk memastikan pengembangan pariwisata Danau Toba.

(Baca juga: Saat Aroma Kopi Menyeruak dari Sudut Utara Danau Toba)

Pemerintah sepakat untuk mempercepat pembangunan destinasi wisata Danau Toba agar menjadi destinasi wisata yang berskala internasional. Jokowi mengatakan, pembangunan akan dimulai tahun ini dan diperkirakan rampung pada 2020.

"Dulu (kita) memutuskan dan merencanakan pengelolaan Danau Toba sebagai sebuah destinasi wisata yang betul-betul berkelas. Tetapi produk di sini harus diperbaiki, brandnya harus diangkat. Sehingga betul- menjadi sebuah tempat yang wajib dikunjungi,” ungkap Jokowi, saat mengunjungi Geosite Sipinsur, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Penataan kawasan di sekitar Danau Toba.Kementerian PUPR Penataan kawasan di sekitar Danau Toba.
Pemerintah mengucurkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) senilai Rp 3,5 Triliun untuk pengembangan Danau Toba sebagai kawasan wisata. Jokowi berharap investasi Rp 3,5 Triliun dari APBN ini bisa menjadi pemicu untuk mendatangkan investasi dari luar.

Pengembangan wisata Danau Toba juga akan dilakukan secara terintegrasi, dengan mengkaji aspek alam, sumber daya manusia, budaya, sosial dan potensi investasi yang akan menambah devisa negara. Hal itu diharapkan akan berujung pada kesejahteraan masyarakat.

(Baca juga: Menjajal Pariwisata Kawasan Danau Toba di Tapanuli Utara)

Salah satu cara yang dipilih untuk mengembangkan pariwisata Danau Toba yaitu penetapan strategi storynomics tourism. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, penetapan strategi storynomics tourism berlandaskan pada kekayaan budaya Indonesia.

Taman Sipinsur di Desa Paerung, Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbanghasundutan, Sumatera Utara.KOMPAS.com/MEI LEANDHA Taman Sipinsur di Desa Paerung, Kecamatan Paranginan, Kabupaten Humbanghasundutan, Sumatera Utara.
Nantinya promosi kawasan wisata akan dilakukan dengan narasi story telling serta dikemas dalam konten menarik yang terkait dengan budaya setempat.

“Awareness berkaitan dengan marketing, sedangkan experience berkaitan dengan faktor aksesibilitas, amenitas, dan atraksi (3A) yang melekat ke setiap destinasi-destinasi wisata. Kedua hal tersebut harus menjadi satu kesatuan yang padu,” katanya dalam siaran pers.

(Baca juga: Geosite Sipinsur, Spot Cantik di Danau Toba yang Didatangi Jokowi)

Kepada KompasTravel, Arief mengatakan infrastruktur dan utilitas dasar meliputi jalan, air, internet, listrik di Danau Toba harus sudah selesai di tahun 2020. Jokowi juga meminta untuk ground breaking proyek-proyek juga di tahun 2020.

“Kalau itu infrastur dasar sudah selesai, investor akan cepat masuk. Itulah destinasi super prioritas,” ujar Arief saat ditemui di Jakarta.

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara duduk santai berdua di titik pandang arah Danau Toba di The Kaldera yang terletak di Kabupaten Toba Samosir, Selasa (30/7/2019). The Kaldera adalah salah satu distinasi unggulan sebagai salah satu rintisandari sepuluh Bali Baru yang terletak disekeliling Kawasan Danau Toba.ISTANA PRESIDEN/AGUS SUPARTO Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara duduk santai berdua di titik pandang arah Danau Toba di The Kaldera yang terletak di Kabupaten Toba Samosir, Selasa (30/7/2019). The Kaldera adalah salah satu distinasi unggulan sebagai salah satu rintisandari sepuluh Bali Baru yang terletak disekeliling Kawasan Danau Toba.

Di Danau Toba, menurut Arief sudah ada 7 investor ingin menanamkan investasi tahap pertama yaitu Rp 6 triliun. Investor tertarik untuk membangun nomadic tourism seperti glamorous camping (glamping) dan penginapan berbasis high end market.

Danau Toba sendiri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung. Pada tahun 2017, wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba mencapai 300.000 orang. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya wisatawan yang datang, kurang dari 200.000 orang.

(Baca juga: Saat Aroma Kopi Menyeruak dari Sudut Utara Danau Toba)

Dari segala rencana pemerintah untuk pengembangan pariwisata Danau Toba seakan membawa angin segar. Danau Toba kini selangkah menuju wisata berkelas dunia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com