Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada! 4 Ancaman Pendaki Gunung saat Musim Kemarau

Kompas.com - 23/08/2019, 08:01 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

KOMPAS.comMendaki gunung di musim kemarau memang kemungkinan besar akan terhindar dari cuaca buruk. Selain itu, cuaca juga lebih sering cerah sehingga pemandangan indah bisa dinikmati dari puncak gunung.

Sebaliknya, pendaki harus bersiap untuk menghadapi ancaman cucaca buruk seperti hujan, badai, atau petir saat mendaki di musim penghujan.

Baca juga: 4 Tips Mendaki Gunung di Musim Kemarau

Oleh karena itu, aktivitas pendakian lebih pas jika dilakukan pada musim kemarau. Namun, ancaman tetaplah ada meski pendakian dilakukan di musim kemarau.

Berikut ini 4 ancaman yang harus dihadapi oleh pendaki gunung di musim kemarau:

1. Suhu Udara yang Lebih Dingin

Hujan memang membuat udara menjadi lebih dingin. Namun di musim kemarau, suhu udara akan menjadi lebih dingin.

Saat cuaca benar-benar cerah, biasanya suhu udara akan sangat dingin karena tidak ada uap air yang menahan panas.

Pendaki harus membawa perlengkapan tambahan seperti jaket, sleeping bag, atau baju hangat untuk menghadapi udara dingin.

Suhu dingin terjadi di sejumlah wilayah selatan Jawa. Di Malang, suhu mencapai 17 derajat Celsius. WFLA Suhu dingin terjadi di sejumlah wilayah selatan Jawa. Di Malang, suhu mencapai 17 derajat Celsius.

Semua perlengkapan itu akan sangat dibutuhkan terutama saat beristirahat di malam hari. Fisik yang tidak bergerak saat beristirahat membuat udara dingin akan semakin terasa.

Jika tidak memakai perlengkapan memadai, dinginnya udara rawan menyebabkan risiko hipotermia.

2. Rawan Kebakaran Hutan

Musim kemarau identik dengan jarangnya turun hujan. Hal itu membuat kondisi padang ilalang di gunung menjadi kering sehingga rawan terbakar.

Kebakaran hutan dan lahan memang bisa diakibatkan oleh alam. Gesekan ranting yang kering akan menghasilkan api yang bisa memicu kebakaran.

Meski demikian, pendaki juga harus berusaha menjaga agar tidak terjadi kebakaran. Salah satu caranya adalah tidak membuat api unggun atau perapian.

Petugas mematikan titik api di puncak Gunung ArjunoDokumentasi BPBD Jatim Petugas mematikan titik api di puncak Gunung Arjuno

Bara api perapian rawan terbang saat terkena embusan angin sehingga bisa jatuh di padang ilalang kering. Hal itu tentu akan menyebabkan kebakaran.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com