KOMPAS.com – Mendaki gunung di musim kemarau memang kemungkinan besar akan terhindar dari cuaca buruk. Selain itu, cuaca juga lebih sering cerah sehingga pemandangan indah bisa dinikmati dari puncak gunung.
Sebaliknya, pendaki harus bersiap untuk menghadapi ancaman cucaca buruk seperti hujan, badai, atau petir saat mendaki di musim penghujan.
Baca juga: 4 Tips Mendaki Gunung di Musim Kemarau
Oleh karena itu, aktivitas pendakian lebih pas jika dilakukan pada musim kemarau. Namun, ancaman tetaplah ada meski pendakian dilakukan di musim kemarau.
Berikut ini 4 ancaman yang harus dihadapi oleh pendaki gunung di musim kemarau:
1. Suhu Udara yang Lebih Dingin
Hujan memang membuat udara menjadi lebih dingin. Namun di musim kemarau, suhu udara akan menjadi lebih dingin.
Saat cuaca benar-benar cerah, biasanya suhu udara akan sangat dingin karena tidak ada uap air yang menahan panas.
Pendaki harus membawa perlengkapan tambahan seperti jaket, sleeping bag, atau baju hangat untuk menghadapi udara dingin.
Semua perlengkapan itu akan sangat dibutuhkan terutama saat beristirahat di malam hari. Fisik yang tidak bergerak saat beristirahat membuat udara dingin akan semakin terasa.
Jika tidak memakai perlengkapan memadai, dinginnya udara rawan menyebabkan risiko hipotermia.
2. Rawan Kebakaran Hutan
Musim kemarau identik dengan jarangnya turun hujan. Hal itu membuat kondisi padang ilalang di gunung menjadi kering sehingga rawan terbakar.
Kebakaran hutan dan lahan memang bisa diakibatkan oleh alam. Gesekan ranting yang kering akan menghasilkan api yang bisa memicu kebakaran.
Meski demikian, pendaki juga harus berusaha menjaga agar tidak terjadi kebakaran. Salah satu caranya adalah tidak membuat api unggun atau perapian.
Bara api perapian rawan terbang saat terkena embusan angin sehingga bisa jatuh di padang ilalang kering. Hal itu tentu akan menyebabkan kebakaran.
Pendaki yang merokok juga tidak boleh membuang puntung rokoknya sembarangan. Selain mencemari lingkungan, puntung rokok yang masih menyala juga bisa memicu terjadinya kebakaran hutan.
3. Kehabisan Bekal Air
Kondisi kering tidak hanya membuat kebakaran semakin rawan terjadi. Biasanya, banyak sumber air di gunung yang turut mengering saat musim kemarau.
Hal itu menyebabkan pendaki tidak bisa lagi mengambil air di sumber mata air yang telah mengering itu.
Baca juga: Catatan Panduan Mendaki Gunung Sindoro via Tambi (1)
Oleh karena itu, lebih baik jika bertanya terlebih dulu kepada petugas basecamp mengenai kondisi mata air sebelum mulai mendaki.
Jika sumber air kering, pendaki harus membawa bekal air yang cukup dari bawah karena tidak bisa diisi ulang di tengah perjalanan.
Selain itu, pendaki juga harus berhemat air. Jangan sampai ada air yang terbuang sia-sia agar bekal air tidak habis di tengah perjalanan.
4. Iritasi Mata dan Gangguan Pernapasan karena Debu
Musim kemarau juga membuat jalur pendakian menjadi kering dan berdebu. Jika dipijak, seringkali debu langsung beterbangan.
Paparan debu di udara bisa menyebabkan gangguan kesehatan. Jika banyak terhirup, debu bisa menyebabkan gangguan pernapasan seperti asma.
Oleh karena itu, masker sangat penting untuk dibawa untuk melindungi saluran pernapasan dari paparan debu.
Baca juga: Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, Simak Estimasi Waktunya
Selain pernapasan, paparan debu lama-kelamaan juga menyebabkan iritasi mata. Pendaki pun harus mempersiapkan diri dengan perlengkapan seperti kacamata hingga tetes mata.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.