Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Jejak Sejarah Orang Minangkabau di Nusa Tenggara Timur

Kompas.com - 31/08/2019, 13:07 WIB
Markus Makur,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

KOLANG, KOMPAS.com - Kedaluan atau Hamente Kolang di Kecamatan Kuwus dan Kuwus Barat, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur sebagai pusat peradaban Minangkabau.

Letak geografis Hedaluan Kolang berada di Lembah Kolang. Menjelajahi Lembah Kolang sambil menggali sejarah orang Minangkabau sebagai nenek moyang orang Kolang yang berlayar dari Minangkabau-Warloka-Nangalili hingga tiba sejumlah perkampungan di Lembah Kedaluan Kolang.

Ada empat kampung yang memiliki bukti sejarah kedatangan orang Minangkabau di kedaluan Kolang ribuan tahun lalu di Flores Barat.

Pertama, Kampung (Beo) Teno, ada jejak Bukit Kolang yang disinggahi oleh orang Minangkabau dengan Nama Pesau di sekitar perkampungan tersebut.

Kedua, Kampung Lembah Kolang. Setelah menetap sementara di golo (bukit) Kolang di sekitar perkampungan Teno, orang Minangkabau itu menyusuri lembah-lembah dengan melewati Daerah Aliran Sungai (DAS) Wae Impor.

Kemudian mereka tiba di Kampung Lembah Kolang dan menetap ke perkampungan itu hingga meninggal dunia. Hingga saat ini, bukti kuburannya masih bisa dilihat.

Ketiga Kampung (Beo) Runa, berada di Lembah Kedaluan Kolang. Kampung Lembah Runa masih tersembunyi dari promosi dan publikasi luas di media massa.

Situs jejak kaki laki-laki dan perempuan asal Minangkabau yang diukir di batu besar di perkampungan Runa, Desa Sukakiong, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, Senin (5/8/2019). Ini bukti sejarah bahwa leluhur orang Runa berasal dari Minangkabau. Sepasang suami istri mengukir kaki mereka di batu. KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Situs jejak kaki laki-laki dan perempuan asal Minangkabau yang diukir di batu besar di perkampungan Runa, Desa Sukakiong, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, Senin (5/8/2019). Ini bukti sejarah bahwa leluhur orang Runa berasal dari Minangkabau. Sepasang suami istri mengukir kaki mereka di batu.
Di balik kampung, lembah yang tersembunyi itu menyimpan harta sejarah yang mampu mengangkat kampung itu di tingkat nasional dan internasional.

Selama ini kampung Beo Lembah Runa yang diketahui oleh seputar orang Kolang dengan berbagai kisah-kisah sejarah yang masih tersimpan di bebatuan besar di sekitar perkampungan tersebut.

Bahkan, para arkeolog ditantang untuk menelusuri jejak-jejak sejarah yang terdapat di bebatuan itu dengan usia ribuan tahun.

KompasTravel tertantang dengan kisah lisan yang selalu dikisahkan dan diceritakan oleh orang Kolang saat bertemu di Kampung Wajur maupun diskusi lepas dari orang Kolang yang berada di Jakarta maupun daerah lainnya di Indonesia.

Awalnya warga di kedaluan Kolang bahwa ada jejak telapak kaki orang India serta peta bangsa India yang diukir di bebatuan besar tersebut.

Kisah itu membuat KompasTravel terus penasaran yang berbagai kisah yang disampaikan orang Kolang.

Kecerian anak-anak di Kampung Wajur, Desa Wajur, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat (25/8/2017) sebelum melihat senja di ujung barat Pulau Flores.KOMPAS.COM/MARKUS MAKUR Kecerian anak-anak di Kampung Wajur, Desa Wajur, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Jumat (25/8/2017) sebelum melihat senja di ujung barat Pulau Flores.
Namun, ada dua versi. Pertama nenek moyang orang Kampung Runa berasal dari Minangkabau. Kedua, kisah lisan bahwa gambar telapak kaki dan sebuah gambar peta di bebatuan itu dikisahkan berasal dari India.

Kumpulan cerita lisan itu menantang KompasTravel menelusuri dan menjelajahi Kampung Lembah Runa, Senin (5/8/2019) diantar oleh Situs Dala, seorang warga Kampung Wajur. Situs Dala adalah siswa kelas II SMAN 2 Kuwus di Kampung Wajur, Desa Wajur.

Pukul 14.00 Wita, Situs Dala antar dengan sebuah sepeda motor. Saat itu kami berangkat dari Kampung Wajur melewati kampung Nao, dan masuk di pertigaan ke kampung (Beo) Leda.

Dari pertigaan Leda, laju sepeda motor agak bagus karena jalannya sudah diaspal lapisan penetrasi (Lapen) hingga jalan menurun.

Saat masuk jalan menurun jalannya rusak dengan bebatuan. Laju sepeda motor harus berhati-hati dan saya turun untuk berjalan kaki.

Dari pertigaan kampung Leda hingga ke Beo, kampung Runa, jalan raya sangat parah dimana kami bertarung dengan jalan tanah. Saya harus jalan kaki di jalan pendakian menuju ke pertigaan ke kampung, Beo Runa.

Jalan raya ke Situs Minangkabau masih jalan bebatuan

Persawahan Lingko Marang berbentuk Jaring Laba-Laba di Kampung Tado, Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus Barat, Flores, NTT, Minggu, (31/3/2019). Ini merupakan salah satu destinasi wisata alam di Lembah Ranggu-Kolang Flores Barat.  KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Persawahan Lingko Marang berbentuk Jaring Laba-Laba di Kampung Tado, Desa Ranggu, Kecamatan Kuwus Barat, Flores, NTT, Minggu, (31/3/2019). Ini merupakan salah satu destinasi wisata alam di Lembah Ranggu-Kolang Flores Barat.

Jalan-jalan di pelosok Kedaluan Kolang, di Kecamatan Kuwus dan Kuwus Barat belum semua diaspal. Masih banyak jalan tanah. Sepeda motor yang dibawa Situs Dala penuh dengan kewaspadaan supaya tidak jatuh.

Beruntung Situs Dala sudah mahir berhadapan dengan medan jalan yang sangat rusak parah. Saat itu The Jakarta Post memutuskan jalan kaki hingga tiba di rumah Penjaga Situs Wisata Kampung Runa, Hubertus Dantol (59).

Setiba di rumahnya, kami bertemu dengan anak-anaknya yang sedang memisahkan buah cengkeh yang baru selesai dipetik.

Memang, saat ini di Kampung, Beo Runa, warga sedang memetik buah cengkeh. Saat ditanya, anak-anak di dalam rumah itu menjawab bahwa, orantua mereka sedang memetik cengkeh di kebunnya.

Saat itu kami minta tolong anak-anak di rumah itu untuk memanggil orangtua mereka. Akhirnya, kami bertemu dengan istrinya yang sedang dari kebun sambil menjunjung buah cengkeh yang disimpan di dalam keranjang, roto.

Bertemu dengan Penjaga Situs Minangkabau Runa

Situs Sompang Runa bertuliskan R U N K W di Kampung Runa, Desa Sukakiong, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, Senin (5/8/2019). Tulisan dilakukan oleh orang Minangkabau yang tiba di kampung Runa ribuan tahuan yang lalu. Ini bukti sejarah bahwa orang Minangkabau. Asal usul orang Runa berasal dari Minangkabau.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Situs Sompang Runa bertuliskan R U N K W di Kampung Runa, Desa Sukakiong, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, Senin (5/8/2019). Tulisan dilakukan oleh orang Minangkabau yang tiba di kampung Runa ribuan tahuan yang lalu. Ini bukti sejarah bahwa orang Minangkabau. Asal usul orang Runa berasal dari Minangkabau.

Saat itu istrinya memanggil suaminya bahwa ada tamu yang ingin mengunjungi situs-situs di perkampungan Runa. Akhirnya, penjaga situs wisata, Hubertus Dantol membawa sapu lidi serta sebuah parang untuk membersihkan situs-situs tersebut.

Saat itu penjaga situs mendampingi The Jakarta Post untuk melihat langsung situs-situs yang dikisahkan secara lisan oleh seluruh masyarakat Kolang. Kami juga bertemu sejumlah orang di Kampung, Beo Runa yang melihat orang baru mengunjungi situs-situs tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com