Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyusuri Jejak Sejarah Orang Minangkabau di Nusa Tenggara Timur

Kompas.com - 31/08/2019, 13:07 WIB
Markus Makur,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

Jejak Kaki dan Alat Kelamin, Peta di Situs Minangkabu di Runa

Penjaga Situs Wisata Kampung Runa, Hubertus Dantol (59) kepada KompasTravel menjelaskan, Beo Rua, kampung Runa merupakan kampung tertua di hamente Kolang. letak kampung ini sejajar dengan pantai Nangalili di bagian selatan dari Kabupaten Manggarai Barat.

Dantol mengisahkan bahwa ribuan tahun lalu, air laut dari bagian Selatan, Nangalili masuk di lembah hamente Kolang hingga di kampung Runa.

Sesuai penuturan nenek moyang orang Runa bahwa pasangan suami istri dari Minangkabau berlayar dengan sebuah sampan dari Minangkabau menuju ke Warloka.

Dari Warloka menuju ke Pantai Nangalili. Dan dari Nangalili menuju ke kampung Runa. Saat itu air laut sampai di lembah perkampungan Runa. Nama leluhur orang Runa asal Minangkabau itu, Sangkil Magil, Solem Botek Letem Lana. Mereka adalah suami istri.

“Suami istri itu datang dari Minangkabau. Mereka berlayar dengan sebuah perahu hingga tiba di Kampung Lembah Runa. Mereka bermalam di Beo, kampung lembah Runa dengan sebuah sampan," ujar Dantol.

Dantol melanjutkan, "Saat bangun pagi air laut sudah surut sehingga mereka tidak bisa berlayar lagi menuju ke Pantai Nangalili. Akhirnya, mereka tinggal di Kampung Runa."

"Jejak kedatangan mereka di kampung lembah Runa, mereka gambar kaki suami istri dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan di bebatuan serta gambar sebuah rumah yang mirip dengan rumah adat Minangkabau dan juga mereka gambar sebuah peta," jelas Dantol.

Menurutnya, Orang Runa menyebut peta itu adalah Peta Bangsa India. Ia melanjutkan, peta itu merupakan kenangan suami istri asal Minangkabau saat berada di Kampung Runa.

"Bukti lain adalah sebuah sampan yang sudah menjadi batu, namun, sampan itu sudah pecah. Dan juga ada tulisan di bebatuan compang, tempat mezbah. Di situs Compang itu bertuliskan R U N K W,” jelasnya.

Dantol menjelaskan, tahun 1971, Ande Batul, Pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, perwakilan Kecamatan Kuwus mengunjungi situs-situs ini. Saat itu, semua situs dikunjungi.

Pesannya saat itu adalah Beo, kampung Runa adalah Beo, kampung bersejarah di Manggarai Raya karena ada bukti sejarah berupa tulisan dan gambar di bebatuan besar di sekitar kampung tersebut.

Banyak orang luar menyebut bahwa peta di bebatuan besar itu adalah peta Negara India. Belum ada arkeolog dan peneliti dari luar Manggarai Raya yang melakukan penelitian tentang situs-situs ini.

“Saat itu pegawai memotret seluruh situs-situs yang ada di perkampungan Runa. Selain, saya juga sudah mendata. Hasil pendataan itu sudah disampaikan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Barat,” jelasnya.

Enam Situs Minangkabau di Kampung Runa

Situs Sompang Runa bertuliskan R U N K W di Kampung Runa, Desa Sukakiong, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, Senin (5/8/2019). Tulisan dilakukan oleh orang Minangkabau yang tiba di kampung Runa ribuan tahuan yang lalu. Ini bukti sejarah bahwa orang Minangkabau. Asal usul orang Runa berasal dari Minangkabau.KOMPAS.com/MARKUS MAKUR Situs Sompang Runa bertuliskan R U N K W di Kampung Runa, Desa Sukakiong, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, Senin (5/8/2019). Tulisan dilakukan oleh orang Minangkabau yang tiba di kampung Runa ribuan tahuan yang lalu. Ini bukti sejarah bahwa orang Minangkabau. Asal usul orang Runa berasal dari Minangkabau.

Dantol menjelaskan, ada enam situs jejak orang Minangkabau, sebagai leluhur orang Runa yang masih terjaga dengan baik di bebatuan besar di sekitar perkampung lembah Runa.

Pertama, situs Compang Runa, di situs batu compang, tempat mezbah yang berada di ujung kampung bertuliskan, R U N K W. tulisan itu masih terjaga dengan baik. Walaupun saat ini penuh dengan lumut. Jikalau kena hujan maka tulisan ini bisa dibaca dengan jelas.

Kedua, Situs Watu Mbolong, batu bulat, ada lima batu bulat adat Mbolong yang ada di compang di tengah Kampung Runa.

Ketiga, Watu Cermeng, batu cermin dan gambar jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Batu cermin dengan gambar jenis kelamin laki-laki dan perempuan berada dalam satu batu besar.

Bagian atas batu itu ada dua batu berbentuk cermin dan bagian bawahnya terdapat gambar jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Keempat, gambar kaki laki-laki dan perempuan di batu dengan nama situs Rukuh Tadhu.

Tak jauh dari batu berbentuk cermin dan gambar jenis kelamin laki-laki dan perempuan, ada batu lain yang terdapat gambar kaki laki-laki dan perempuan dan juga ada gambar alat kelamin laki-laki dan perempuan dan juga sebuah gambar rumah.

Arah gambar kaki laki-laki dan perempuan itu, jari-jari kaki mengarah ke bagian barat dari Kampung Runa.

Kelima, gambar peta diatas batu. Berdasarkan penuturan orang luar dari Kampung Runa menyebut bahwa gambar peta itu seperti peta Negara India.

Keenam, Liang Segha Dewa, situs itu tempat persembunyian orang-orang Kampung Runa saat terjadi peperangan ribuan tahun lalu. Liang atau gua itu sangat dalam.

Batu Batikam, warisan nenek moyang orang Minangkabau.https://pesona.travel Batu Batikam, warisan nenek moyang orang Minangkabau.
Nenek moyang orang Runa selalu menyebut gua atau liang itu sebagai tempat persembunyian orang Runa saat terjadi peperangan.

Selain dari keenam situs itu, ada juga Liang Kikik, gua berbentuk jenis kelamin perempuan yang berada di bagian utara dari kampung Runa. Namun, gua atau liang Kikik, (gua berbentuk jenis kelamin perempuan) itu belum dimasukkan dalam sebuah situs sejarah.

“Saya berharap ada peneliti dan arkeolog untuk meneliti situs-situs yang berada di kampung Lembah Runa. Hasil penelitian bisa menjadi pegangan dari orang Runa tentang jejak kaki, peta, gambar jenis kelamin dan tulisan yang terdapat di batu-batu besar di sekitar perkampungan lembah Runa,” jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com