Selain mereka, di sini pula makam Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir. Makam Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono II juga ada di sini, bukan di Makam Imogiri.
Di sebelah makam, ada pemandian kuno yang bernama Sendang Seliran. Pemandian ini konon dibangun sendiri oleh Panembahan Senopati dan Ki Ageng Pemanahan.
Selain mempunyai nilai sejarah, bangunan Sendang Seliran juga masih baik dan Instagramable sehingga pas sebagai tempat berfoto. Tak jarang pengunjung yang berfoto pre-wedding di Sendang Seliran.
Peninggalan Keraton Kotagede lainnya adalah berupa reruntuhan benteng. Reruntuhan pertama adalah Situs Bokong Semar. Situs ini sebenarnya merupakan dinding Benteng Cepuri Kotagede yang sudah tidak lagi utuh.
Penamaan Situs Bokong Semar dikarenakan bentuk sisa benteng ini melengkung sehingga diibaratkan sebagai bokong atau pantat.
Konon jebolnya dinding benteng itu disebabkan oleh anak Panembahan Senopati, Raden Rangga yang dihempaskan ayahnya karena memiliki sifat sombong.
Saat ini pun Masjid Gedhe Mataram tidak hanya berfungsi sebagai cagar budaya saja. Masjid ini juga masih digunakan untuk beribadah Umat Islam.
Peninggaan sejarah tidak berhenti pada arsitektur saja. Saat ini masih ada kuliner sejak era kerajaan Mataram Islam yang masih bisa dinikmati.
Roti kembang waru menjadi kuliner endemik yang ada di Kotagede. Kue manis ini konon dahulu merupakan jamuan mewah dari pihak kerajaan yang disuguhkan kepada para tamu.
Baca juga: Mencicipi Roti Kembang Waru, Kuliner Mewah Zaman Mataram Islam
Sama seperti namanya, roti ini berbentuk seperti bunga atau daun pohon waru. Hal itu dikarenakan zaman dahulu ada banyak pohon waru yang tumbuh di sekitar Keraton Kotagede.
Saat ini roti kembang waru bisa ditemukan di Kampung Bumen yang terletak sekitar 500 meter sebelah timur laut Pasar Kotagede.
Salah satu pembuat roti kembang waru yang paling terkenal ada di Roti Kembang Waru Pak Bas. Tempat itu bisa dicari melalui aplikasi Google Maps.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.