Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Lawu Bertabur Bunga dan Dupa Saat Malam 1 Suro

Kompas.com - 03/09/2019, 17:06 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

 

MAGETAN, KOMPAS.comGunung Lawu yang ada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi tujuan para peziarah selama Bulan Suro dalam kalender Jawa.

Ramainya para peziarah biasanya dimulai pada malam 1 Suro atau saat malam tahun baru Hijriyah. Para peziarah yang mendaki Gunung Lawu selama Bulan Suro pun berasal dari berbagai kelompok.

Baca juga: Mendaki dan Berziarah ke Gunung Lawu Saat Malam 1 Suro

Menurut pantauan KompasTravel pada Hari Sabtu (31/08/2019) lalu, jumlah pendaki yang naik melalui jalur Cemara Sewu di Kabupaten Magetan, Jawa Timur sudah mencapai sekitar 800 orang pada pukul 20.00 WIB.

“Jumlahnya sudah sampai 800 orang lebih. Jumlah itu nanti semakin malam akan semakin bertambah,” ujar Administratur Perhutani Lawu dan Sekitarnya, Asep Dedi Mulyadi saat ditemui KompasTravel di Cemara Sewu Hari Sabtu lalu.

Namun, jumah tersebut tidak hanya dari kalangan peziarah saja. Banyak pula rombongan pendaki yang naik ke puncak Gunung Lawu untuk menikmati alam.

Beragam titik ziarah di Gunung Lawu

Ada banyak titik di Gunung Lawu yang menjadi tujuan para peziarah dan pelaku ritual. Beberapa meter dari Basecamp Cemara Sewu, aroma wangi dupa sudah tercium dengan jelas.

Menurut salah satu petugas, memang ada tempat ziarah dan ritual dekat Basecamp Cemara Sewu. Lokasi itu diperuntukkan bagi para peziarah atau pelaku ritual yang tidak kuat mendaki sampai area puncak Gunung Lawu.

Hargo Dalem yang menjadi tujuan peziarah dan pelaku ritual di Gunung Lawu. Konon di sinilah tempat moksa-nya Raja Terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V. (1/9/2019)KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Hargo Dalem yang menjadi tujuan peziarah dan pelaku ritual di Gunung Lawu. Konon di sinilah tempat moksa-nya Raja Terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V. (1/9/2019)

Biasanya para peziarah dan pelaku ritual akan mendaki sampai Hargo Dalem. Hal itu karena tempat tersebut memiliki nilai sejarah sebagai tempat moksa-nya Raja Terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V.

Baca juga: Panduan Transportasi ke Basecamp Lawu via Cemoro Sewu dari Jakarta

Menurut pantauan KompasTravel saat mendaki Gunung Lawu pada malam 1 Suro 2019 via Cemara Sewu, tempat ritual dan ziarah mulai banyak ditemukan usai Pos IV.

Suatu tempat ziarah atau ritual di gunung setinggi 3.265 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu ditandai dengan banyaknya dupa dan bunga di lokasi itu.

Sumur Jolotundo yang menjadi salah satu tempat ziarah dan ritual di Gunung Lawu. (1/9/2019)KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Sumur Jolotundo yang menjadi salah satu tempat ziarah dan ritual di Gunung Lawu. (1/9/2019)

Salah satu tempat ziarah dan ritual tersebut di antaranya adalah Sumur Jolotundo. Salam satu sumber air di Gunung Lawu itu berada tepat di samping jalur pendakian via Cemara Sewu usai Pos IV.

Titik selanjutnya ada di Sendang Drajat. Meski air sendang mengering pada musim kemarau, lokasi ini masih digunakan untuk ziarah. Hal itu ditandai dengan banyaknya bunga dan dupa di sana.

Ubarame Ritual atau sesaji di Tugu Hargo Dumilah, Gunung Lawu (1/9/2019).KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Ubarame Ritual atau sesaji di Tugu Hargo Dumilah, Gunung Lawu (1/9/2019).
Lokasi ziarah dan ritual juga ada di puncak tertinggi Gunung Lawu, Hargo Dumilah. KompasTravel menemui ubarampe (perlengkapan ritual) seperti bunga, dupa, sampai singkong bakar yang diletakkan di bawah Tugu Hargo Dumilah.

Memang aktivitas ziarah dan ritual merupakan sesuatu yang lazim di Gunung Lawu, terutama saat malam 1 Suro. Fasilitas bagi para peziarah dan pelaku ritual pun sudah cukup lengkap.
Bahkan di sekitar Hargo Dalem, sudah ada beberapa tempat yang menjual perlengkapan ritual seperti bunga dan dupa.

Tempat Ritual di Pos IV Cokro Suryo Gunung Lawu via Cemara Kandang.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Tempat Ritual di Pos IV Cokro Suryo Gunung Lawu via Cemara Kandang.

Tempat ziarah pun tidak hanya ada di sekitar puncak. Saat KompasTravel turun melalui jalur Cemara Kandang, ada beberapa titik ritual atau ziarah seperti di Pos IV Cokro Sregenge (Cokro Suryo) dan Sendang Panguripan (atas Pos III Cemara Kandang).

Beragam ritual menurut kepercayaan dan keyakinan masing-masing

Prosesi ritual dan ziarah yang dilakukan di Gunung Lawu pun beragam. Kebanyakan peziarah dan pelaku ritual datang untuk berdoa. Hal itu disampaikan oleh salah satu pemilik warung di sekitar Hargo Dalem.

“Gunung Lawu kan tidak ada juru kuncinya, Mas. Jadi yang ritual ke sini ya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya,” ujar pria yang enggan disebutkan namanya saat ditemui KompasTravel di Hargo Dalem.

Perlengkapan ritual atau ziarah di Gunung Lawu berupa bunga. (1/9/2019)KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Perlengkapan ritual atau ziarah di Gunung Lawu berupa bunga. (1/9/2019)

Sementara menurut salah satu peziarah bernama Juwari asal Ngawi, ia mengaku jika pendakiannya pada malam 1 Suro itu ditujukan untuk berziarah dan napak tilas Prabu Brawijaya V. Ia juga mendaki untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Baca juga: Pendakian Gunung Lawu via Candi Cetho, Simak Estimasi Waktunya

“Kalau berdoa jelas memohon sama Allah SWT, Mas. Kalau berdoa kepada selain Allah, ya itu sudah musyrik namanya,” ujar Juwari saat ditemui KompasTravel di tengah perjalanan turun.

Ia melanjutkan, perjalannya juga dimaksudkan agar dirinya semakin memahami arti kehidupan. Bagi dia, hidup seperti mendaki gunung yang penuh perjuangan untuk mencapai puncak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com