Share this page

Mengenal Tahuri, Alat Musik Endemik Maluku

Kompas.com - 9/Sep/2019 , 19:39 WIB

Mengenal Tahuri, Alat Musik Endemik Maluku

KOMPAS.com -  Maluku terkenal karena keindahan alamnya yang unik serta kulinernya yang sungguh menarik untuk dicoba. Selain terpesona pada keindahan alam Maluku, wilayah di timur Indonesia ini juga memiliki budaya khas yang mungkin tidak ada di daerah lainnya di nusantara, tahuri misalnya.

Tahuri merupakan alat musik berbahan dasar kerang atau kulit bia, hasil laut yang cukup terkenal di Maluku, khususnya di Desa Bere-Bere.

Awalnya, kulit bia hanya dijadikan sebagai kerajinan tangan, tapi atas gagasan dari Letkol G. Latumahina, Gubernur saat itu, kulit bia dibuat beralih fungsi dari sekadar hiasan menjadi alat musik yang endemik Maluku.

Ide Letkol Latumahina disambut baik oleh Dominggus Paulus Horhorouw, seorang pemimpin Orkes Suling. Mereka berdua menyadari bahwa tahuri bisa menjadi alat musik yang menggambarkan jati diri Maluku.

Maka, dimulailah pencarian kulit bia hingga ke Saumlaku, Dobo, Aru dan Banda. Kulit bia yang sudah didapat kemudian siap dijadikan alat musik oleh masyarakat sekitar.

Proses pembuatan alat musik itu terbilang sederhana dan sangat alami. Cukup dengan melubangi kulit bia, maka nada akan keluar ketika ditiup. Semakin kecil ukuran kulit bia, maka suara yang disajikan akan semakin nyaring. Ukuran lubang juga sangat mempengaruhi suara yang dihasilkan tahuri.

Namun, untuk memastikan bahwa tahuri telah memiliki nada yang pas, harus dicoba beberapa kali terlebih dulu. Biasanya untuk menemukan nada dasar, suara tahuri akan didampingi dengan alat musik lain seperti suling.

Sebelum menjadi alat musik seperti sekarang ini, tahuri dulunya digunakan untuk alat komunikasi antara raja dengan masyarakat.

Biasanya tahuri ditiupkan saat ada pengumuman atau pemberitahuan untuk seluruh warga desa. Hingga sekarang, tahuri juga masih digunakan sebagai tanda pembukaan atau penutupan suatu acara adat.

Penggunaan tahuri sebagai alat musik dimulai pada 1958. Warga setempat berusaha untuk membuat tahuri agar bisa menghasilkan beberapa nada yang selaras. Tahuri juga menjadi alat musik pengiring pada tarian tradisional, seperti Tari Cakalele.

Sebagai upaya pelestarian, tahuri pun dimainkan bersama orkestra dengan beberapa alat musik khas Maluku lainnya serta instrumen modern. Pemain orkestra biasanya melibatkan masyarakat lintas generasi agar kehadiran tahuri terus terjaga hingga di masa yang akan datang.

Baca artikel lainnya:

Dol Bengkulu, Bunyi Dinamis dan Aksi Atraktif

Sapeq, Gitar Tradisional Suku Dayak yang Unik

3 Tempat Hangout Asyik di Ambon Manise

Selami budaya khas Indonesia yang lan dengan menjelajah ke berbagai destinasi wisata di Indonesia. Untuk mendapatkan informasinya, baca dalam laman Pesona Indonesia.

 

KOMENTAR

Lihat Keajaiban Lainnya