WONOGIRI, KOMPAS.com – Waduk Gajah Mungkur merupakan salah satu ikon Kabupaten Wonogiri. Waduk ini membentang seluas sekitar 8.800 hektar yang mencakup tujuh kecamatan, yakni Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro.
Waduk Gajah Mungkur berada sekitar 6 kilometer sebelah selatan Kota Wonogiri. Waduk besar ini biasanya terlihat saat perjalanan dari Kota Wonogiri menuju Kecamatan Pracimantoro atau Baturetno.
Baca juga: Pesona “Sunrise” di Watu Cenik Wonogiri yang Bisa Membuatmu Terpana
Selain bermanfaat untuk pengendali banjir, pertanian, perikanan, hingga wisata, Waduk Gajah Mungkur juga bersejarah. Pembangunan waduk yang dimulai tahun 1976 silam ini menenggelamkan kawasan permukiman di tujuh kecamatan.
Masyarakat terdampak pun banyak yang direlokasi melalui transmigrasi bedhol desa ke beberapa wilayah di Sumatera.
Namun meski sudah ditinggalkan sejak sekitar 39 tahun yang lalu, sisa permukiman masa lalu di Waduk Gajah Mungkur masih bisa dijumpai hingga kini.
Saat musim kemarau, debit air Waduk Gajah Mungkur akan berkurang. Hal itu ternyata membuat beberapa peninggalan permukiman masa lalu di sana kembali terlihat.
KompasTravel mencoba untuk menelusuri peninggalan masa lalu yang tampak kembali saat Waduk Gajah Mungkur surut pada Hari Minggu sore (8/9/2019) di Kecamatan Wuryantoro.
Akses jalan menuju waduk yang KompasTravel gunakan ada di sebelah timur Pasar Wuryantoro. Jalan itu mengarah ke selatan yang nantinya akan menuju kawasan Waduk Gajah Mungkur.
Saat puncak musim hujan, jalan tersebut akan langsung mengarah ke air waduk. Jalan pun seolah terputus oleh air.
Sementara ujung jalan satunya ada di sisi Selatan waduk yang terhalang oleh Waduk Gajah Mungkur.
Namun saat air waduk mengering di musim kemarau, jalan di dasar waduk akan kembali terlihat.
Bahkan, jalan itu bisa dilalui oleh kendaraan seperti sepeda motor dan mobil. Pengendara pun bisa melintasi jalan itu dari Pasar Wuryantoro sampai sisi selatan waduk.
Peninggalan permukiman masa lalu di Waduk Gajah Mungkur bukan hanya jalan itu saja.
Terus melaju, nantinya akan dijumpai sebuah jembatan dengan jalan aspal. Jembatan ini masih bisa dilalui kendaraan hingga saat ini.
Jembatan itu ternyata merupakan salah satu peninggalan masa lalu yang kembali muncul saat Waduk Gajah Mungkur surut.