Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Perkampungan yang Kini Menjadi Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Kompas.com - 12/09/2019, 14:00 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi

WONOGIRI, KOMPAS.comWaduk Gajah Mungkur surut pada akhir musim kemarau pada bulan September 2019 ini. Surutnya waduk ini ternyata memunculkan kembali kenangan permukiman masa lalu yang pernah ada di sana.

Memang sebelum Waduk Gajah Mungkur ada, wilayahnya merupakan kawasan permukiman yang terdiri dari tujuh kecamatan, yakni Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro.

Baca juga: Waduk Gajah Mungkur Surut, Makam Hingga Jembatan Lawas Muncul Kembali

Hal itu memang benar adanya. Saat KompasTravel menyusuri dasar Waduk Gajah Mungkur yang surut di Kecamatan Wuryantoro Hari Minggu (8/9/2019) lalu, tampak beberapa peninggalan permukiman masa lalu di sana.

Bagian Waduk Gajah Mungkur yang surut di musim kemarau. Terdapat beberapa peninggalan masa lalu seperti jembatan, sumur, hingga fondasi bagunan lawas yang bisa ditemukan di sekitar lingkaran.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Bagian Waduk Gajah Mungkur yang surut di musim kemarau. Terdapat beberapa peninggalan masa lalu seperti jembatan, sumur, hingga fondasi bagunan lawas yang bisa ditemukan di sekitar lingkaran.

Akses menuju dasar Waduk Gajah Mungkur yang KompasTravel lewati adalah dari Pasar Wuryantoro ke arah selatan. Jika musim kemarau, jalan itu akan mencapai dasar waduk yang surut. Sebaliknya jika musim hujan, jalan akan terputus oleh air waduk.

Peninggalan infrastruktur hingga permukiman

KompasTravel menemukan peninggalan infrastruktur berupa jalan hingga jembatan yang dulu merupakan jalan utama Wonogiri menuju Kecamatan Pracimantoro. Masih tampak sisa aspal dan jembatan yang bahkan bisa dilalui kendaraan.

Sementara itu, tampak pula beberapa peninggalan permukiman masa lalu yang telah ditinggalkan sekitar 39 tahun yang lalu.

Makam lawas yang muncul kembali saat Waduk Gajah Mungkur Surut. (8/9/2019)KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Makam lawas yang muncul kembali saat Waduk Gajah Mungkur Surut. (8/9/2019)
Peninggalan masa lalu itu beragam berupa fondasi rumah, bekas tiang rumah, sumur, hingga makam. Meski demikian, keberadaannya sudah tidak lagi utuh karena senantiasa tergerus oleh air waduk saat musim hujan.

Selebihnya dasar Waduk Gajah Mungkur yang surut dimanfaatkan oleh warga masyarakat untuk menanam padi karena kondisinya yang masih cukup basah. Bagian yang tidak menjadi sawah juga berubah menjadi padang rumput hijau yang menyegarkan mata.

Saksi hidup saat Waduk Gajah Mungkur merupakan permukiman

Ternyata masyarakat yang menanam padi di areal persawahan tersebut beberapa di antaranya dulu merupakan warga permukiman yang terdampak pembangunan Waduk Gajah Mungkur.

KompasTravel bertemu dengan seorang warga bernama Darti yang dulunya merupakan warga Desa Pondok Sari. Kini desa itu sudah tidak ada karena menjadi bagian Waduk Gajah Mungkur. Kini, ia merupakan warga Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri.

Baca juga: Wisata Wonogiri, Bersantai di Pantai Sembukan yang Masih Sepi

“Saya tidak ikut pindah (transmigrasi) karena masih punya tanah yang tidak terdampak. Dulu sawahnya di sana (luar waduk), tetapi rumahnya di sini (yang kini menjadi waduk). Yang punya tanah ya enggak ikut transmigrasi, tetapi tetap dapat ganti rugi,” ujar Darti.

Ia melanjutkan, warga yang tidak mempunyai tanah lagi akan ikut transmigrasi bedhol desa ke Sumatera.

Jembatan lawas yang bisa dilalui saat Waduk Gajah Mungkur surut. Jembatan ini dulunya merupakan bagian dari jalan utama Kota Wonogiri-Kecamatan Pracimantoro sebelum menjadi waduk. (8/9/2019)KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Jembatan lawas yang bisa dilalui saat Waduk Gajah Mungkur surut. Jembatan ini dulunya merupakan bagian dari jalan utama Kota Wonogiri-Kecamatan Pracimantoro sebelum menjadi waduk. (8/9/2019)

Kondisi sekitar saat belum menjadi Waduk Gajah Mungkur juga masih diingatnya dengan baik. Salah satunya adalah jalan utama Wonogiri-Pracimantoro masa lalu yang kini ada di dasar waduk.

“Dulu itu jalan besar, mas. Kalau dari Wonogiri mau ke Pracimantoro, ya lewatnya jalan itu. Dulu sungai di bawah jembatan itu besar dan dalam. Namanya Sungai Tempuran karena merupakan gabungan dua sungai,” kata Darti.

Baca juga: Pesona “Sunrise” di Watu Cenik Wonogiri yang Bisa Membuatmu Terpana

Jalan itu dulunya dilewati oleh berbagai jenis kendaraan, mulai truk, bus hingga mobil. Bahkan ia masih ingat lokasi biasa bus menurunkan penumpang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com