Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Ibu-ibu, yang Gemar Berebut Rendang adalah Indonesia dan Malaysia

Kompas.com - 19/09/2019, 05:30 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Jagat media sosial Indonesia kembali menimbulkan perdebatan setelah viralnya video Ibu-ibu sedang berebut rendang di sebuah acara pernikahan.

Rupanya, video yang sudah terlanjur viral itu merupakan proses syuting dari sebuah rumah produksi iklan.

Perebutan rendang sebenarnya tidak terjadi pada ibu-ibu di video tersebut, melainkan nyata terjadi antara dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia.

Perebutan rendang antara dua negara ini sejatinya pernah memuncak tahun 2012, ketika Malaysia mengklaim bahwa rendang adalah makanan milik mereka.

Hal ini dikarenakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah mendaftarkan rendang, makanan tradisional Sumatera Barat (Sumbar) untuk dicatat sebagai warisan budaya ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO), Juni 2012.

Meski begitu, menurut pakar kuliner William Wirjaatmadja Wongso, pemerintah dan masyarakat Sumatera Barat tidak usah risau jika Malaysia juga mengklaim masakan rendang.

Baca juga: Daripada Rebutan Rendang, Datangi 3 Rumah Makan dengan Rendang Paling Enak di Jakarta

“Makanan itu tidak bisa dipatenkan. Contohnya sushi dari Jepang yang tidak dipatenkan, bahkan masyarakatnya senang nama itu dipakai di luar negara mereka,” kata William Wongso di Festival Rendang Taman Budaya Sumatera Barat di Padang dalam artikel Kompas.com berjudul Ah, Jangan Risau Malaysia Mengklaim Rendang!, Selasa (26/6/2012).

Bagaimana Menyikapi Saling Klaim Rendang?

Sejarawan kuliner Fadly Rahman mengatakan bahwa bijaknya, sikap untuk menghadapi tindakan saling klaim rendang adalah dengan melihat sejarahnya terlebih dahulu.

Ia menjelaskan bahwa dahulu tidak ada kisruh-kisruh soal rendang, semua memakan dan menikmati masakan tersebut tanpa berpikir asal daerah masakan.

“Dulu masyarakat kita masih tidak sadar akan identitas bangsa, hal ini wajar karena Indonesia dan Malaysia dulu adalah bangsa yang satu rumpun, namun kemudian masyarakat memiliki kesadaran bangsa, akhirnya bercerai, dan memiliki identitas masing-masing,” jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/9/2019).

Lanjutnya, Fadly mengungkapkan cara bijak dalam menengahi tindakan saling klaim rendang antara Indonesia dan Malaysia adalah dengan cara mengakui bahwa rendang adalah masakan budaya antar bangsa rumpun Melayu.

“Rendang merupakan satu simpul budaya antara bangsa rumpun Melayu. Itu tidak lepas dari pengaruh bangsa asing yaitu Portugis. Jadi utamakan keharmonisan dengan cara tengok masa lalu, sejarahnya, bahwa ada hubungan saudara antara orang Minang di Indonesia maupun di Malaysia. Tetap perlakukan rendang sebagai simbol tradisi dan budaya demi mewujudkan keharmonisan antar bangsa.” pungkas Fadly.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com