Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soe Hok Gie, Gunung Semeru, dan Lembah Mandalawangi

Kompas.com - 22/09/2019, 10:07 WIB
Silvita Agmasari,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

Karena duduk itu, menurut Herman, Hok Gie dan Idhan menghirup gas beracun yang massanya lebih berat dari oksigen. Herman bercerita kondisi Hok Gie sudah sangat lemas.

"Tahu-tahu dia enggak ngomong, menggelepar," jelas Herman.

Hok Gie meninggal di gunung tertinggi Pulau Jawa karena menghirup gas beracun, beberapa jam sebelum genap berusia 27 tahun. Selang waktu singkat, Idhan meninggal menyusul Gie.

Evakuasi jenazah Gie dan Idhan dilakukan dengan proses yang terbilang panjang. Pada 24 Desember, jenazah keduanya tiba di rumah masing-masing. Kemudian disemayamkan di Fakultas Sastra UI Rawamangun.

Usai penghormatan terakhir, Hok Gie dan Idhan dikubur di TPU Menteng Pulo, Jakarta. Setahun kemudian jasad Hok Gie dipindah ke TPU Tanah Abang karena ibunya sering dipalak preman.

Pada 1975, sebagain lahan makam dibangun Kantor Walikota Jakarta Pusat sehingga keluarga memutuskan mengkremasi jasad Hok Gie. Abunya disebar di tempat favoritnya, Lembah Mandalawangi, Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.

"Kami tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau mengenal obyeknya," kata Hok Gie kepada beberapa pengusaha yang membantunya saat akan mendaki Gunung Slamet seperti dikutip dari buku Soe Hok Gie Zaman Peralihan terbitan Penerbit Buku Populer Gagas Media.

"Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat, karena itulah kami naik gunung," ungkapnya. 

Masa kecil Soe Hok Gie

Aktivis sekaligus penulis Soe Hok Gie lahir di Jakarta, 17 Desember 1942. Ia bersekolah di SMA Kolese Kanisius.

Kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1962 sebagai mahasiswa Fakultas Sastra di jurusan Sejarah sampai tahun 1969.

Baca juga: Mendaki Semeru, Mengenang Soe Hok-Gie dan Rudy Badil

Setelah itu, ia melanjutkan berkarya di UI sebagai dosen. Hok Gie terkenal sebagai seorang aktivis yang menyampaikan kritik-kritik pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto.

Jejak Pendaki Semeru

Tahun ini merupakan peringatan 50 tahun kematian Soe Hok-Gie. Oleh karena itu, Kompas.com bekerja sama dengan Kerabat Pencinta Alam dan Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI) menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Jejak Pendaki Semeru”.

Kegiatan ini berlangsung pada 15-22 September 2019. Dalam kegiatan Jejak Pendaki Semeru, tim Kompas.com akan melakukan pendakian ke Gunung Semeru.

Baca juga: Bakal Seru, Kompas.com Gelar Acara Jejak Pendaki Semeru

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com