Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seri Jejak Pendaki Semeru: Melewati Jalur Berdebu Menuju Ranukumbolo

Kompas.com - 05/10/2019, 09:06 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Mendaki Gunung Semeru di Jawa Timur gampang-gampang susah. Yang paling asyik buat santai-santai, ya ke Ranukumbolo. Kalau mau agak menantang, jalur menuju Puncak Gunung Semeru atau terkenal dengan sebutan Mahameru adalah jawabannya.

Rabu (28/9/2019) sekitar pukul 09.30, saya bersama tim Jejak Pendaki Semeru meninggalkan area Pos Pendakian Ranupani. Matahari cukup terik. Beruntung angin bertiup sepoi-sepoi dan pemandangan kebun-kebun sayur memanjakan mata.

Baca juga: Lewat Jalur Ranupani, Jejak Pendaki Semeru Mulai Naik ke Kalimati

"Manis di awal nih," mungkin ungkapan itu tak berlebihan untuk menggambarkan awal pendakian Gunung Semeru pada bulan September. Bagi yang pernah mendaki Semeru pada musim kemarau, pasti tahu rasanya. Ya, debu langsung menyergap indera penciuman.

"Sssshhh..Debunya. Ampun," ucap saya kesal saat melewati tanjakan pertama dengna medan tanah berpasir. Partikel-partikel debu berhamburan menempel di wajah.

Pendaki melewati jalur pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki melewati jalur pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.
Rekan pendakian saya, Kristianto Purnomo, juga kesal bukan main. Ia menegur saya, "Kalau jalan, jangan diseret. Diangkat."

"Yaudah jalan di depan aja elo bro," jawab saya kepada Kristianto atau terkenal dengan sapaan Kape.

Baca juga: Mendaki Semeru, Mengenang Soe Hok-Gie dan Rudy Badil

Untungnya, jalur tanah berpasir yang mengesalkan tak terlalu panjang. Satu jam berjalan di kontur medan yang relatif landai, kami tiba di Pos Satu. Lumayan, debunya sedikit berkurang meskipun nyatanya banyak debu yang saya temui.

Sambil bercanda-canda, ambil foto dan video, ya jadi obat keletihan dan sesaknya napas karena debu. Pakai penutup wajah wajib hukumnya bila tak mau banyak menghirup debu.

Pendaki beristirahat di Pos 1 pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki beristirahat di Pos 1 pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.
Satu yang paling asyik saat menuju Ranukumbolo adalah medan pendakiannya yang landai. Dibandingkan saat mendaki Gunung Merbabu, kontur medan pendakiannya naik turun bak punuk unta yang berjajar. Menuju Ranukumbolo, jalurnya seringkali melambung dan melipir bukit.

Baca juga: Soe Hok Gie, Gunung Semeru, dan Lembah Mandalawangi

Pendakian saya kali ini bertujuan untuk mengingat jejak para pendaki Gunung Semeru. Omong-omong tentang Semeru, pasti tak lepas dari nama Soe Hok-Gie dan Idhan Dhavantari Lubis yang melegenda lantaran meninggal di leher Mahameru pada tahun 1969.

Yang terbaru, wartawan senior Harian Kompas sekaligus teman Soe Hok-Gie mendaki ke Semeru tahun 1969, Rudy Badil meninggal dunia pada Kamis (11/9/2019).

Menginap di Ranukumbolo

Pendaki di jalur pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019) dengan pemandangan Watu Rejeng. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki di jalur pendakian Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019) dengan pemandangan Watu Rejeng. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.

Target pendakian hari ini adalah Pos Kalimati di ketinggian sekitar 2.700 meter di atas permukaan laut. Namun, kabar tentang kebakaran di Pos Arcopodo yang hampir menjalar ke Kalimati sudah beredar dari mulut ke mulut pendaki bahkan petugas Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Saya bersama tim tak memaksakan diri.

Baca juga: Kisah Aristides Katoppo, Soe Hok-Gie, dan Evakuasi di Gunung Semeru...

Tanda-tanda bila pendaki akan di Pos Tiga yaitu area Watu Rejeng. Watu Rejeng adalah tanda alam di jalur pendakian Gunung Semeru berupa bukit batu yang menjulang yang memiliki retakan-retakan dengan warna agak kehitaman serta ditumbuhi pepohonan.

Meski relatif landai dan tak menguras tenaga, target makan siang pukul 12.00 WIB di Ranukumbolo belum juga tercapai. Kami tiba di Pos Tiga sekitar pukul 12.40 WIB. Jarak Pos 3 ke Ranukumbolo kurang dari satu kilometer. Sementara itu, perut kami sudah keroncongan.

Pendaki melewati tanjakan setelah Pos 3 menuju Ranukumbolo Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki melewati tanjakan setelah Pos 3 menuju Ranukumbolo Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019). Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian sekitar 3.676 meter di atas permukaan laut.

Ujian terakhir jelang Ranukumbolo setelah meninggalkan Pos 3 adalah tanjakan dengan elevasi sekitar 45 derajat yang lagi-lagi penuh dengan debu. Tanjakannya berjarak sekitar 50 meter dan cukup membuat dengkul gemetar.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com