JAKARTA, KOMPAS.com - "Ayo kita cek kebakaran di Kalimati," ujar Gandrong, salah satu porter sekaligus pemandu pendakian tim Jejak Pendaki Semeru di Ranukumbolo Gunung Semeru, Jawa Timur, Rabu (18/9/2019) sekitar pukul 21.00 WIB.
Sebelumnya, tim Jejak Pendaki Semeru meminta izin untuk pergi ke Kalimati untuk mengecek kebakaran. Rekan saya, Kape ingin mendokumentasikan peristiwa kebakaran di leher Gunung Semeru.
Agenda kami sebenarnya pada malam pertama di pendakian adalah menginap di Kalimati. Namun, berhubung ada kabar kebakaran hutan di Kalimati, pendakian harus dihentikan di Ranukumbolo.
Baca juga: Seri Jejak Pendaki Semeru: Melewati Jalur Berdebu Menuju Ranukumbolo
Dengan bekal secukupnya, kami pergi meninggalkan tempat kemah yang berdekatan dengan Tanjakan Cinta. Tim Jejak Pendaki Semeru yang terdiri dari Kompas.com, Kerabat Pencinta Alam, dan Mapala UI mulai meninggalkan "kampung pendaki" di Ranukumbolo.
"Pelan-pelan Bro. Debunya. Gak bisa napas gw," kata Kape, begitu melewati Tanjakan Cinta yang berdebu. Tanjakan Cinta merupakan jalur yang menanjak sekitar 100 meter yang berdebu sebelum mencapai puncak bukit.
Kape terlihat tersiksa sekali dengan debu yang tebal di perjalanan. Padahal, ia sudah memakai penutup wajah untuk melindungi hidung supaya tak menghirup debu. Ya, dari Ranukumbolo sampai Kalimati setidaknya ia tak bisa banyak tertawa.
Tak ada yang bisa terlihat tanpa bantuan cahaya headlamp. Samar-samar Puncak Mahameru di balik Gunung Kepolo sedikit terlihat. Hiburan pelepas lelah kami hanyalah bintang, hembusan angin, canda tawa, dan impian makanan enak serta empuknya kasur di rumah.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.