Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tradisi Pemakaman Unik dan Istimewa di Indonesia

Kompas.com - 09/10/2019, 20:30 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Wahyu Adityo Prodjo

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Pada Pekan Kebudayaan Nasional, terdapat pameran yang menampilkan lima ritual pemakaman istimewa, yakni Trunyan di Bali, makam bayi Kambira di Tana Toraja, makam dinding batu Lemo dan Londa di Toraja, Waruga di Minahasa, dan Sarkofagus di Batak.

Selain itu, mumi asli Indonesia dari Makassar turut dihadirkan. Semuanya disajikan dalam tata pamer yang menarik dengan informasi ringan nan padat.

Pameran ini dipersembahkan dengan harapan agar kita makin menghargai dan menjaga situs-situs pemakaman di Indonesia. Sebab, beragam khazanah ritual dan situs pemakaman tersebut merupakan bagian dari perjalanan sejarah Nusantara yang kaya.

Berikut merupakan lima ritual pemakaman unik dan istimewa di Indonesia :

1.  Trunyan di Bali
Pemakaman di Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.KOMPAS/RIZA FATHONI Pemakaman di Trunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali.

Trunyan adalah nama sebuah desa di daerah Kintamani, Bali. Masyarakat Bali Aga di desa ini memiliki ritual khusus bagi orang yang sudah meninggal dunia.

Di Trunyan, orang yang sudah meninggal tidak dikubur atau dibakar (ngaben) jenazahnya hanya diletakkan di permukaan tanah. Bagian wajah jenazah dibiarkan terbuka, sedangkan tubuhnya diselimuti kain.

Baca juga: Uniknya Pemakaman Trunyan, Jenazah Hanya Diletakkan di Atas Tanah

Selanjutnya, jenazah ditutup dengan ancak saji, yaitu anyaman bambu berbentuk prisma yang berfungsi sebagai pelindung dari binatang liar. Jenazah dibiarkan membusuk dan terurai, sampai hanya tersisa tulang kerangkanya.

Menariknya, tak ada bau yang timbul dari proses pembusukan jenazah di kawasan pemakaman Trunyan. Bau wangi yang dihasilkan oleh pohon-pohon taru menyan di area pemakaman diyakini masyarakat setempat sebagal penetral bau busuk ini.

 

2.  Makam bayi Kambira di Tana Toraja

Makam bayi Kambira di Tana Toraja, jelasah  bayi dimasukan kedalam pohon tarra.Kompas.com / Gabriella Wijaya Makam bayi Kambira di Tana Toraja, jelasah bayi dimasukan kedalam pohon tarra.

Di Desa Kambira, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, ada tradisi pemakaman khusus bagi bayi yang meninggal sebelum giginya umbuh. Tradisi ini bernama passiliran.

Orang Toraja percaya, bayi yang meninggal sebelum turmbuh gigi masih dalam keadaan suci. Dalam tradisi passiliran, bayi yang meninggal dimakamkan di dalam sebuah pohon. Caranya, mula-mula pohon dilubangi dengan ukuran sekitar 50 x50 sentimeter.

Selanjutnya, jenazah bayi diletakkan di dalam lubang tersebut dalam keadaan tanpa kain pembungkus, layaknya bayi ketika masih dalam kandungan. Lubang di pohon itu lalu ditutup dengan ijuk sebagai tanda akhir prosesi pemakaman.

Jenis pohon yang biasa digunakan sebagai makam dalam tradisi passiliran adalah pohon taraa karena getahnya yang melimpah. Bagi orang Toraja, getah pohon taraa yang berwarna putih adalah simbol air susu ibu yakni sumber makanan dan minum bagi sang bayi.

 

3. Makam dinding batu Lemo dan Londa di Toraja

Ilustrasi Makan tana toraja di Pekan kebudayaan Nasional 2019Kompas.com / gabriella wijaya Ilustrasi Makan tana toraja di Pekan kebudayaan Nasional 2019

Orang Toraja meyakini mereka yang sudah meninggal akan menuju kehidupan berikutnya yang sempurna, yaitu puya atau dunia arwah.

Demi mengantarkan arwah anggota keluarga yang meninggal untuk mencapai kesempurnaan ini, masyarakat Toraja mengadakan upacara pemakaman Rambu Solo. Upacara Rambu Solo terdiri atas beberapa prosesi.

Ada prosesi menunggu, yakni tubuh orang yang meninggal disimpan. Pada prosesi ini, arwah orang yang meninggal dipercaya tetap tinggal di desa. Prosesi selanjutnya adalah inti upacara pemakaman, yaitu penyembelihan kerbau.

Baca juga: 6 Tempat Wisata Kuburan Kuno di Toraja

Orang Toraja yakin kerbau adalah hewan suci yang akan mengantarkan arwah orang yang meninggal ke puya. Makin banyak kerbau yang disembelih, makin cepat arwah mencapai puya.

Sepanjang upacara pemakaman, kerabat dari mendiang maupun pelayat melakukan tarian sebagai ungkapan duka cita, penghormatan, dan penyemangat karena arwah akan menjalani perjalanan panjang menuju puya.

Prosesi terakhir adalah pemakaman. Ada tiga cara pemakaman. Jenazah yang sudah dibungkus peti mati bisa ditempatkan di dalam gua, dimakamkan di kubur batu, atau disemayamkan di tebing.

 

4. Waruga di Minahasa

Jejeran Waruga, kubur orang Minahasa kuno, di Taman Purbakala Waruga Sawangan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.Kompas.com/Ronny Adolof Buol Jejeran Waruga, kubur orang Minahasa kuno, di Taman Purbakala Waruga Sawangan, Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

Kemunculan Waruga pertama kali di daerah Bukit Kelewer, Treman, dan Tumaluntung, Kabupaten Minahasa Utara.

Pada zaman pra-sejarah masyarakat Minahasa percaya jika roh leluhur memiliki kekuatan magis. Untuk itu, kuburan dibuat secara khusus. Waruga terdiri dari dua bagian, bagian badan dan bagian tutup. Bagian badan berbentuk kubus dan bagian tutup berbentuk menyerupai atap rumah.

Baca juga: Kisah Kuburan Orang Minahasa Kuno di Desa Sawangan

Uniknya, Waruga tidak dibuat oleh kerabat atau keluarga dari orang yang meninggal akan tetapi dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggal. Ketika orang itu akan meninggal maka dengan sendirinya akan memasuki waruga yang dibuatnya itu setelah diberi bekal kubur lengkap.

Suatu hari bila itu dilakukan dengan sepenuhnya akan mendatangkan kebaikan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Waruga sendiri berasal dari bahasa Tombulu, yakni dari suku kata Wale Maruga yang memiliki arti rumah dari badan yang akan kering. Waruga juga memiliki arti lainnya yakni Wale Waru atau kubur dari Domato atau sejenis tanah lilin.

 

5. Sarkofagus

Sarkofagus salah satu pemakaman yang sering terdapat di pulau Samosir.KOMPAS.com / Gabriella Wijaya Sarkofagus salah satu pemakaman yang sering terdapat di pulau Samosir.

Sebagian besar sarkofagus yang ditemukan di Samosir merupakan wadah kubur yang di dalamnya terdapat tengkorak dari banyak individu yang berasal dari satu marga.

Secara umum, Sarkofagus Samosir mempunyai bentuk empat persegi panjang. Pada bagian atasnya melebar, berbentuk menyerupai perahu sebagai perlambang wahana bagi almarhum untuk menuju alam arwah.

Baca juga: Ini Ciri Khas Rasa Pizza Andaliman Asal Toba Samosir

Bagian wadahnya mempunyai lubang sebagai tempat menyimpan tulang dan sering dihias dengan pahatan kepala manusia yang digambarkan menyeramkan seperti monster (makhluk mistis).

Di bagian depan atas, pahatan kepala manusia terkesan menonjol dan menakutkan menjadi lambang tokoh penolak bala atau pengaruh buruk dan jahat yang datang. Hal itu bertujuan agar arwah tidak mengalami gangguan dalam perjalanannya menuju dunia arwah.

Pahatan figur lainnya berada di bagian depan wadah dan di bagian belakang tutup sarkofagus. Figur tersebut adalah penggambaran orang yang memiliki hubungan yang dekat dengan yang meninggal.

Pahatan figur yang ada di bagian depan dibuat pada posisi yang bervariasi, yaitu jongkok, duduk, atau berdiri. Pada bagian belakang tutup sarkofagus sering dipahatkan figur tokoh atau hiasan tertentu.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com