Hasilnya adalah perpaduan rasa yang khas karena rasa kerak telor menyatu dengan aroma asap dari arang.
“Dari dulu resepnya udah kayak begini, makanya kalo orang pada mau tambah-tambahan, dimodifikasi gitu istilahnya, pembeli pada kagak mau, orang maunya yang ori,” ujar Romli.
Selain itu, menurut Bachtiar, rasa gurih dan nikmat yang tercipta dari kerak telor itu tergantung kepada siapa yang meraciknya. Ia mengatakan bahwa rasa kerak telor yang gurih itu juga relatif, kadang ada yang memasak dengan bahan yang sama, namun rasanya berbeda.
Ia menceritakan dirinya dulu pernah mencoba inovasi baru kerak telor dengan menambahkan keju dan kornet.
Baca juga: Pedagang Kerak Telor Ini Berbagi Resep dan Bumbu Rahasia
Namun, yang terjadi adalah dagangan kerak telor dengan inovasi baru itu tidak laku. Pembeli malah tetap ingin kerak telor yang asli, dengan ebi dan serundeng khasnya.
“Ya, emang udah apa adanya begini, dari dulu,” tutur Romli.
Harga satu porsi kerak telor yang dijual Romli ketika bazar kuliner Kampung Silat Rawa Belong ini untuk kerak telor yang menggunakan telor ayam Rp 20.000, sedangkan untuk kerak telor yang bahan dasarnya telor bebek ia menjualnya Rp 25.000.