Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tentang Roti Gambang, Kenangan Menyantap Roti Terbaik Dunia

Kompas.com - 21/10/2019, 10:06 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

 

Lain cerita dari Rismania (35), ia memiliki kenangan akan roti gambang karena ibunya yang suka memanggil dan membeli roti di pedagang roti gerobak untuk bekal sekolahnya.

“Tiap abis subuh, tukang roti gerobak berkeluaran, Emakku pasti memanggil dan membeli sebagai bekal anak-anaknya sekolah. Kadang ada Tan Ek Tjoan, kadang Lauw, kadang Guriyana, suka banget sama roti gambang semuanya, wangi gula merah dan kayumanis,” kenang Rismania.

Baca juga: Roti Gambang dan Roti Ganjel Rel, Adakah Perbedaannya?

Roti gambang juga melekat di hati orang Betawi, salah satunya Iwan Satri (60). Lelaki kelahiran tahun 1959 yang juga asli Betawi Kebon Kacang mengatakan, khasiat yang ia dapat setelah makan roti gambang adalah perut menjadi hangat.

“Perut jadi anget kalau makan itu roti, padanan paling mantep tuh pakai kopi pahit, dicowel susu juga enak,” kata Iwan yang sejak kecil tinggal di Kebon Kacang, Jakarta Pusat kepada Kompas.com, Jumat (18/10/2019).

Iwan juga mengetahui keberadaan pabrik Roti Lauw pada tahun 1960. Kenangnya, dulu pabrik Lauw itu berdiri di Kebon Kacang Gang 1.

Selain itu, kenang Iwan, dulu roti gambang bentuknya tidak sekecil sekarang. Dulu sedikit lebih besar. Harga roti gambang seingatnya dulu Rp 200 per potong, tahun 1983.

“Enakan yang dulu kalau rasanya mah, dulu warnanya juga hitam pekat, gak kayak sekarang, saya udah makan ini dari kecil, pas umur 8 tahun, dibeliin bapak dulu,” kenangnya.

Keluarga Betawi juga kerap membawa roti gambang ketika membesuk orang sakit. Menurut Budiharto yang asli Betawi Kemanggisan (58), dulu ketika ibunya sakit, selalu minta dibawakan roti gambang.

Baca juga: Apa Itu Roti Gambang? Roti Jadul Favorit yang Bikin Kenyang

“Dulu itu pas Nyak sakit, pasti minta dibawain gambang, kalo kagak ntar gak dibolehin masuk, jadi emang udah tradisi orang Betawi kalau jenguk orang sakit dibawain roti gambang,” katanya.

Cerita akan roti gambang juga muncul dari generasi muda, salah satunya yaitu Zaldy (28).

Ia mengenang saat membeli roti gambang ketika kelas 3 SMP. Ia kerap membeli roti tersebut di warung kecil setiap pulang sekolah bersama empat temannya.

“Di situ tiap sore kami beli roti ginian, sama beli minuman, setahun tuh begitu terus, harganya kalau gak salah dulu Rp 500 tahun 2006,” kenang Zaldy.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com