Bukan hanya timun, kawasan itu juga dikenal menjual pisang barangan segar. Mami memastikan pisang itu masak alami. Langsung dari pohonnya. Bukan masak karena diperam atau dikarbit, sehingga rasanya lebih manis dan lemak.
Baca juga: Nyobain Es Timun, Minuman Sehat dari Aceh
“Kalau sudah tua baru ditebang dari pohonnya. Ini juga dari kebun sendiri,” katanya.
Pisang dan timun menjadi khas Laweung. Puluhan tahun masyarakat di sana menjual dua buah itu tanpa henti.
Sedangkan buah labu tanah dan madu, dibeli dari petani daerah lain.
“Madu itu dititip sama orang. Bukan hasil dari hutan kampung sini,” kata Marni.
Seorang pembeli setia timun tikus, Indra mengatakan timun dipercaya sebagai obat menurunkan darah tinggi. Oleh karena itu, ketika dia berpergian melintas kawasan Laweung selalu membeli timun itu.
“Pernah itu saya coba, darah saya 180. Begitu siap (selesai) makan timun itu, saya tes lagi ke dokter, kembali normal menjadi 120,” kata Indra.
Karena itu pula, menurutnya, timun itu tak pernah kehilangan pembeli.
“Dari pada minum obat khusus menurunkan darah tinggi, lebih baik makan timun. Bisa jadi cemilan sambil berkendara,” katanya.
Mami terus berjualan. Dia berharap matahari terbit terang. Jika hujan, pembeli enggan singgah. Sehingga timun dan pisangnya pun terpaksa disimpan untuk esok hari.
Harapannya semakin padat pengendara, semakin ramai pembeli, dan itu hanya tersedia di Laweung, Aceh tanah kelahirannya.
Baca juga: 5 Oleh-oleh yang Wajib Dibawa dari Aceh
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.