Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oleh-Oleh khas Pidie Aceh, Timun Tikus dan Pisang Barangan

Kompas.com - 25/10/2019, 21:00 WIB
Masriadi ,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

PIDIE, KOMPAS.com – Mami (50) duduk santai di pondok milinya di Desa Simpang Beutong, Kecamatan Laweung, Kabupaten Pidie, Kamis (24/10/2019). Pondok itu berada persis di sisi jalan raya Medan-Banda Aceh.

Di seberang jalan aspal itu rumahnya berada. Sehari-hari dia berada di pondok itu. Dari pagi hingga menjelang magrib.

“Mau berapa tumpuk,” kata Mami, saat mobil menepi.

Mami cekatan melihat pembeli singgah di depan warungnya. Dia menawarkan timun yang ditumpuk-tumpuk itu. Beratnya sekitar setengah kilogram per tumpuk.

Baca juga: 5 Fakta Lengkap Seputar Memek, Kuliner asal Aceh

Masyarakat lokal menyebutnya timun tikoh (timun tikus). Sebab, timun ini memang berukuran kecil. Lebih besar sedikit dari telunjuk orang dewasa.

Biasanya, timun itu juga dilengkapi dengan cabai rawit yang digiling agak kasar dicampur garam. Dibungkus dengan pelastik kecil. Satu tumpuk timun diberi satu bungkus cabai itu.

“Ini Rp 5.000 per tumpuk,” kata Mami.

Dia mengaku, timun itu ditanam oleh suaminya. Sehingga tugasnya hanya menjual. Kawasan itu menjadi destinasi wisata buah bagi wisatawan. Saban hari melintas, timun itu selalu ada.

Namun, jika membeli timun, gigitlah buahnya. Jika didalamnya mulai menguning, maka itu timun dipastikan tidak segar dan telah beberapa hari diletakan di meja.

“Coba saja dulu. Kalau kuning jangan beli. Saya jual, setelah ambil dari pohonnya, jadi masih segar,” kata Mami.

Pedagang pisang di Desa Simpang Betong, Kecamatan Laweung, Pidie, Kamis (24/10/2019)KOMPAS.com/MASRIADI Pedagang pisang di Desa Simpang Betong, Kecamatan Laweung, Pidie, Kamis (24/10/2019)

Bukan hanya timun, kawasan itu juga dikenal menjual pisang barangan segar. Mami memastikan pisang itu masak alami. Langsung dari pohonnya. Bukan masak karena diperam atau dikarbit, sehingga rasanya lebih manis dan lemak.

Baca juga: Nyobain Es Timun, Minuman Sehat dari Aceh

“Kalau sudah tua baru ditebang dari pohonnya. Ini juga dari kebun sendiri,” katanya.

Pisang dan timun menjadi khas Laweung. Puluhan tahun masyarakat di sana menjual dua buah itu tanpa henti.

Sedangkan buah labu tanah dan madu, dibeli dari petani daerah lain.

“Madu itu dititip sama orang. Bukan hasil dari hutan kampung sini,” kata Marni.

Timun tikus dipercaya sebagai obat darah tinggi

Pedagang timun di Desa Simpang Betong, Kecamatan Laweung, Pidie, Kamis (24/10/2019)KOMPAS.com/MASRIADI Pedagang timun di Desa Simpang Betong, Kecamatan Laweung, Pidie, Kamis (24/10/2019)

Seorang pembeli setia timun tikus, Indra mengatakan timun dipercaya sebagai obat menurunkan darah tinggi. Oleh karena itu, ketika dia berpergian melintas kawasan Laweung selalu membeli timun itu.

“Pernah itu saya coba, darah saya 180. Begitu siap (selesai) makan timun itu, saya tes lagi ke dokter, kembali normal menjadi 120,” kata Indra.

Karena itu pula, menurutnya, timun itu tak pernah kehilangan pembeli.

“Dari pada minum obat khusus menurunkan darah tinggi, lebih baik makan timun. Bisa jadi cemilan sambil berkendara,” katanya.

Mami terus berjualan. Dia berharap matahari terbit terang. Jika hujan, pembeli enggan singgah. Sehingga timun dan pisangnya pun terpaksa disimpan untuk esok hari.

Harapannya semakin padat pengendara, semakin ramai pembeli, dan itu hanya tersedia di Laweung, Aceh tanah kelahirannya. 

Baca juga: 5 Oleh-oleh yang Wajib Dibawa dari Aceh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com