Kemudian, pada 15 Agustus 1928, gedung ini diputuskan menjadi tempat Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928.
Adapun peserta yang mengikuti berasal dari mahasiswa dan sejumlah organisasi pemuda terkemuka, yaitu ‘Jong Sumatranen Bond’, Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, ‘Jong Islamienten’, ‘Jong Bataks Bond’, ‘Jong Celebes’, Pemuda Kaum Betawi, dan PPPI.
Gedung ini menjadi saksi tercetusnya Sumpah Pemuda, yang kongresnya dipimpin oleh Soegondo Djojopuspito, Ketua PPPI.
Seusai peristiwa Sumpah Pemuda, para penghuni Gedung Kramat meninggalkan gedung ini karena sudah lulus belajar.
Baca juga: Transformasi Museum Sumpah Pemuda, dari Rumah Kost sampai Toko Bunga
Mereka tidak meneruskan biaya sewa, dan kemudian gedung diambil alih oleh Pang Tjem Jam selama 1934-1937 untuk dijadikan rumah tinggal.
Pada 1937-1951 gedung ini disewa oleh Loh Jing Tjoe yang menggunakannya sebagai toko bunga (1937-1948). Pada 1948-1951 tercatat gedung ini berfungsi sebagai Hotel Hersia.
Lalu pada 1951-1970 untuk kali pertama pascakemerdekaan, gedung ini digunakan untuk kepentingan negara, yaitu sebagai kantor dan mes Inspektorat Bea dan Cukai.
Barulah dari 3 April 1973 hingga 20 Mei 1973, gedung ini dipugar oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DKI. Pemugaran ini juga sekaligus sebagai tanda disahkannya gedung ini menjadi Museum Sumpah Pemuda.
Museum Sumpah Pemuda buka setiap Selasa sampai Minggu pada pukul 9.00-15.00 WIB. Harga tiket untuk dewasa Rp 2.000 dan anak-anak Rp 1.000.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.