Untuk rapai jenis ini dijual per set sebanyak 12 buah dengan harga Rp 4.5 juta.
Sedangkan rapai jenis Uroh dengan diameter 18-20 inci dibandrol Rp 1 juta per buah. Lalu Rapai music dengan diameter 16 sampai 18 inci.
“Itu harga satuannya Rp 600.000-800.000 per buah,” sebutnya.
Untuk menghasilkan kualitas suara yang bagus, maka kulit yang digunakan untuk membalut rapai kulit kambing betina.
“Kalau jantan itu kurang bagus,” katanya.
Sedangkan kayu yang digunakan hanya jenis Tualang dan Merbo. Dua jenis kayu keras yang tumbuh subur di hutan Aceh.
Selain itu, dia juga membuat alat musik tabuh cerana. Menurutnya, cerana lebih kecil dan bahan yang digunakan sisa-sisa dari rapai.
“Jadi, kayu atau bahan kulit kambing yang digunakan rapai itu pasti sisa. Maka, itu diproduksi jadi cerana. Rebana lah kalau kata masyarakat Jawa,” katanya.
Keteguhan Junaidi memproduksi alat musik bukan sebatas menghasilkan rupiah. Namun melestarikan budaya yang nyaris punah.
“Sehari saya bisa produksi empat. Ya, yang laku sekitar dua. Cukuplah buat makan. Sesekali dalam partai besar,” katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.