Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapai, Rebana Khas Aceh yang Sampai Dikirim ke Luar Negeri

Kompas.com - 30/10/2019, 11:05 WIB
Masriadi ,
Ni Luh Made Pertiwi F.

Tim Redaksi

Sedangkan kayu yang digunakan hanya jenis Tualang dan Merbo. Dua jenis kayu keras yang tumbuh subur di hutan Aceh.

Selain itu, dia juga membuat alat musik tabuh cerana. Menurutnya, cerana lebih kecil dan bahan yang digunakan sisa-sisa dari rapai.

“Jadi, kayu atau bahan kulit kambing yang digunakan rapai itu pasti sisa. Maka, itu diproduksi jadi cerana. Rebana lah kalau kata masyarakat Jawa,” katanya.

Keteguhan Junaidi memproduksi alat musik bukan sebatas menghasilkan rupiah. Namun melestarikan budaya yang nyaris punah.

“Sehari saya bisa produksi empat. Ya, yang laku sekitar dua. Cukuplah buat makan. Sesekali dalam partai besar,” katanya.

Untuk penjualan luar negeri tidak dikenakan biaya tambahan. Pasalnya, ongkos kirim ditanggung pembeli.

“Jadi mereka datang ke rumah saya beli di sini pun harganya tetap sama dengan yang saya kirim. Maka, mereka banyak minta dikirim saja. Karena tidak ada biaya tambahan,” katanya.

Serune Kale

Bukan hanya rapai, Junaidi juga memproduksi alat musik tiup serune kale. Bahan baku yang digunakan pohong nangka. Alat ini mirip seruling dan digemari masyarakat India.

Dia berharap, produksi alat musik itu bisa dilirik pemerintah sebagai upaya pelestarian. Untuk itu, dia menyarankan pemerintah melatih regenerasi pengrajin alat musik.

“Saya siap ajari cara produksinya. Pemerintah juga bisa beli alat dari saya. Ini sekaligus melestarikan dan melakukan regenerasi," katanya.

"Saya senang akhir-akhir ini, luar negeri semakin masif menampilkan seni tradisi Aceh, mereka sebagian orang bule yang suka budaya kita,” lanjut Junaidi.

Dia semakin senang ketika banyak wisatawan mengetahui rumahnya. Menanyakan pembuatan rapai. Sebagian membeli.

Junaidi Hasballah, memperlihatkan rapai di Kompleks Museum Lhokseumawe, Aceh, Minggu (20/10/2019)KOMPAS.com/MASRIADI Junaidi Hasballah, memperlihatkan rapai di Kompleks Museum Lhokseumawe, Aceh, Minggu (20/10/2019)

“Media membesarkan usaha ini,” pungkasnya.

Sore semakin pekat, langit Lhokseumawe mulai mendung. Junaidi lalu menerima seorang pemuda menanyakan tentang rapai.

Dia menjelaskan detail dan rinci. Sesekali tertawa penuh suka cita. Seperti sukanya akan seni tradisi yang menjajal luar negeri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com