ACEH BESAR, KOMPAS.com – Senyum Hamdani sumringah ketika melihat beberapa pengunjung menuju warung di Desa Saree, Kecamatan Lembah Selawah, Kabupaten Aceh Besar, Jumat (25/10/2019). Hari itu, daerah pegunungan itu diselimuti kabut. Hujan baru saja turun.
Dia berdiri sigap. Langsung menyapa pengunjung. “Ubi ini baru saja tiba dari petani. Masih segar sekali,’ katanya berpromosi.
Hamdani mengatur ubi jalar berukuran kecil-kecil itu dengan rapi di depan warung miliknya.
Ubi jalar mentah punya beberapa warna. Ada yang ungu, ada pula yang berwarna putih. Namun, pilihlah dagingnya yang berwarna kuning keemasan. Masyarakat yakin, rasa ubi jalar lebih lemak dan gurih ketika dikonsumsi.
“Maka yang kulitnya ungu itu lebih banyak dibeli daripada yang putih. Tapi ini soal selera. Ada juga yang lebih suka dengan ubi jalar yang kulit putih,” kata Hamdani.
Dari ubi ini, aneka olahan pun muncul mulai dari keripik hingga tape. Ubi ini menjadi khas oleh-oleh Sare.
Untuk ubi jalar mentah dijual Rp 8.000 per kilogram. Tape seharga Rp 3.000 per bungkus. Sementara, keripik seharga Rp 25.000 per kilogram.
Di sudut warung itu dapur didirikan. Satu kuali besar dengan minyak goreng di atasnya masih terlihat panas. Kuali itu baru saja digunakan untuk menggoreng ubi jalar untuk keripik.
“Keripik dan ubi jalar mentah langsung di sini. Digoreng di sini. Hanya tape yang diolah di rumah,” kata Hamdan.
Menggoreng ubi jalar yang bisa disaksikan pembeli, sambung Hamdan, bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya pembeli. Pengunjung bisa melihat proses pembuatan keripik ubi jalar yang langsung dari tungku.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.