Masyarakat Kampung Tugu yang hidup jauh dari pusat kota, dahulu merasa kesulitan mendapat hiburan. Maka timbul keinginan membuat peralatan musik, seperti gitar kecil menyerupai ukulele.
“Ketika dimainkan bunyi gitar ‘crong…crong…crong’ orang kemudian menyebut kami sedang main musik keroncong. Dulu orang Portugis biasa menghibur diri dengan bermain musik ini saat sore selepas mereka mencari nafkah,” kata Guido.
Kini, komunitas masyarakat Kampung Tugu dikenal terampil memainkan alat musik. Musik Keroncong Tugu juga terus berkembang.
Dari yang awalnya terdiri dari tiga-empat gitar, lalu ditambah dengan iringan suling, biola, gendang, rebana, dan alat musik lain.
Lagu-lagu yang dimainkan juga beragam. Salah satu peninggalan Portugis yang masih eksis adalah lagu “Durmer Durmir Neina” atau Nina Bobo. Nina berasal dari kata Menina yang artinya ‘gadis kecil’ sementara bobo berarti ‘tidur’.
Guido menuturkan mungkin mereka satu-satunya keturunan Portugis di Indonesia yang punya komunitas.
"Jadi saya berharap nanti ada tulisan gitu menandakan Kampung Portugis Tugu, bukan Kampung Tugu aja, karena kami memang berasal dari keturunan Portugis, mudah-mudahan budaya yang ada di sini semakin dikembangkan,” harap Guido.
Baca juga: Gado-gado Kampung Tugu Beda dari Gado-gado Betawi, Ini Rahasianya...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.