JAKARTA, KOMPAS.COM - Ajakan memilih Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) menjadi bandara terbaik di dunia dinilai belum tepat.
Sebab, menurut pengguna hingga pengamat, menjadi yang terbaik perlu peningkatan kualitas, bukan sekadar branding.
Bahkan, jika dibandingkan dengan Bandara Changi, Singapura—Soetta dianggap masih kalah jauh. Plus, saat ini Changi masih menduduki peringkat pertama bandara terbaik versi Skytrax.
Baca juga: Voting Bandara Soetta Jadi Terbaik Dunia, Netizen Indonesia: Changi Lebih Bagus!
Namun, apakah Bandara Soetta benar-benar belum laik menjadi yang terbaik?
Kompas.com menghubungi beberapa travel blogger yang sering wira-wiri antar-bandara untuk menanggapi ajakan dukungan kepada Bandara Soetta menjadi yang terbaik di dunia.
Kondisi terminal panas saat siang hari
Travel blogger Wira Nurmansyah merasa Bandara Soetta belum saatnya untuk bisa masuk dalam nominasi bandara terbaik dunia.
Sebab, menurutnya, masih sangat banyak hal yang harus dibenahi. Terlebih jika harus mengalahkan Changi Airport.
Ada beberapa alasan dari anggapan Wira, mulai dari kondisi fasilitas hingga infrastruktur di Bandara Soetta, khususnya di Terminal 3 yang punya ukuran paling besar.
Baca juga: Jalan Panjang Bandara Soekarno-Hatta untuk Jadi Bandara Terbaik Dunia
Menurutnya, kondisi di terminal itu sangat panas, terutama di siang hari. Selain itu, pencahayaan juga remang-remang, serta lampu sorot yang terlalu tajam di beberapa titik.
"Lalu alur kedatangan yang kurang jelas, kondisi area shelter kendaraan umum juga hampir selalu macet karena kurang jalur dan skytrain yang kurang banyak intervalnya," katanya.
Cari parkir sampai tiga jam!
Tiga hal yang paling ia soroti adalah persoalan parkir, integarasi dan bagasi.
“Saya pernah untuk cari lahan parkir di terminal 3 itu bisa membutuhkan waktu 3 jam begitu pun keluarnya," kata Barry.
Lalu, soal integarsi terminal, Bary merasa perlu disorot. Ia mencontohkan, jika pergi dari terminal 3 ke terminal 1 atau 2, maka perlu jalan jauh.