ACEH BESAR, KOMPAS.com - Seorang pria bernama Lem Jamal berada di dapur warungnya di Desa Meunasah Mayang PA, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Selasa (5/11/2019) siang.
Ia terys mengaduk kuali besar, yang mengeluarkan kepulan asap tipis. Lem Jamal, terlihat santai membungkus kari kambing pesanan. Sesekali ia melayani pembeli yang bersantap siang di warungnya.
Sekilas warung milik Lem Jamal sangat sederhana. Hanya beratap seng dengan dinding papan. Namun, jangan lihat tampilan fisiknya. Di sinilah, khas kari kambing Aceh Besar dimasak dengan sungguh.
Di sini, kari kambing yang disajikan juga bukan kari biasa, melainkan khas Aceh Besar.
Perbedaan kari kambing khas Aceh Besar terletak pada banyaknya bumbu kelapa yang disangrai. Saking banyaknya, bumbu kelapa tersebut tampak mengapung di kuah. Bumbu kelapa berfungsi menambah aroma dan rasa pada kari kambing.
Selain itu, tekstur daging kambing yang dimasak oleh Lem Jamal sungguh empuk, sehingga mudah untuk dikunyah.
Baca juga: Sehari Berburu Oleh-oleh di Pidie Aceh
Warung Lem Jamal punya waktu operasional yang singkat, buka pukul 09.00 WIB dan tutup pukul 14.00 WIB.
Untuk itu, jika ingin merasakan penganan nikmat itu harus segera datang saat siang tiba. Jika tidak, warung sudah tutup.
“Kami membatasi buat makan siang saja. Dalam sehari itu bisa habis 25 kilogram daging,” kata Lem Jamal.
Selain kambing, Lem Jamal juga menyediakan sepiring kecil gorengan daging sapi. Dicampur bawang, asam jeruk nipis dan cabai rawit. Ini sejenis cemilan sebelum menyantap makanan kari kambing.
Masyarakat lokal percaya kari kambing bisa membuat darah tinggi. Agar darah tinggi tidak kambuh, maka di sana juga disediakan jus timun serut.
“Biar darah tetap stabil,” sebut Lem Jamal sambil tersenyum.
Baca juga: Nyobain Es Timun, Minuman Sehat dari Aceh
Salah seorang pengunjung, Muhammad AH, merekomendasikan masakan kari kambing Lem Jamal.
"Warungnya memang tidak modern. Tapi makanan itu soal rasa, bukan soal tempat,” pungkasnya.
Untuk menuju lokasi ini terbilang mudah. Jika kamu menggunakan jalur darat dari Medan menuju Banda Aceh, maka jadikanlah kantor Harian Serambi Indonesia sebagai patokan.