Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Makan Bedulang, Tradisi Turun-temurun Khas Belitung

Kompas.com - 12/11/2019, 15:30 WIB
Nicholas Ryan Aditya,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Belitung memiliki tradisi makan yang khas dan dilakukan secara turun temurun. Tradisi itu disebut makan bedulang.

Kompas.com berkesempatan menjajal langsung tradisi ini saat berkunjung ke Bukit Peramun, Belitung, Sabtu (9/11/2019).

Proses makan khas Belitung ini dimulai dengan datangnya seseorang yang membawa sejumlah tampah berisi makanan dan ditutup tudung saji.

Setiap orang diminta duduk berhadapan dan dibagi kelompok makan masing-masing berisi empat orang.

Baca juga: Tradisi Makan Bedulang, Simbol Kehangatan Keluarga di Belitung...

Tampah tersebut berisi berbagai macam makanan seafood olahan khas Belitung.

Meskipun makanan bisa berbeda-beda di setiap daerahnya, namun tradisi makan ini memiliki arti besar yaitu menghangatkan kebersamaan dan harus berisi makanan khas Belitung.

Menurut Ketua Komunitas Air Selumar Adie Darmawan yang turut ikut tradisi makan bedulang mengatakan, tudung rambak dalam tradisi itu mengartikan orang Belitung menghargai makanan.

Menu yang tersaji dalam tradisi makan bedulang di Belitung, yaitu ada ayam, cumi, jantung pisang, ikan pari, sambal serta gangan (makanan daging berkuah khas Belitung).Nicholas Ryan Aditya Menu yang tersaji dalam tradisi makan bedulang di Belitung, yaitu ada ayam, cumi, jantung pisang, ikan pari, sambal serta gangan (makanan daging berkuah khas Belitung).
"Karena biasanya, makanan-makanan di bedulang itu adalah yang sangat jarang bisa dimakan, kecuali di hari-hari tertentu, misalnya acara pernikahan, atau di hari Lebaran," kata Adie.

 

Tradisi Begalor

Khusus kali ini, makanan yang disediakan beragam: lima piring masing-masing berisi ayam, cumi, jantung pisang, ikan pari, dan sambal disusun memutar.

Di tengahnya terdapat mangkuk berisi gangan (makanan berkuah khas Belitung).

Kemudian, pembawa acara makan bedulang menghitung mundur angka dan tibalah saatnya yang paling muda untuk membuka tudung saji.

Baca juga: 5 Spot Foto yang Wajib Dikunjungi di Bukit Peramun, Belitung

"Yang paling muda biasanya membuka tudung saji dan membagikan piring, itu tandanya yang muda menghormati yang tua," kata Adie.

"Kemudian yang paling tua tugasnya mengambil makanan terlebih dulu," lanjutnya.

Saat makan bedulang, tradisi selanjutnya adalah begalor yaitu berbincang-bincang saat makan. Tujuannya untuk mengakrabkan ketika makan.Nicholas Ryan Aditya Saat makan bedulang, tradisi selanjutnya adalah begalor yaitu berbincang-bincang saat makan. Tujuannya untuk mengakrabkan ketika makan.
Saat makan, masing-masing kelompok diperkenankan berbincang-bincang tentang apapun. Ini yang disebut dengan begalor.

Makan menjadi begitu nikmat dan hangat seperti keluarga yang telah akrab sekian lama.

Makanan olahan seafood yang biasa kamu makan mungkin akan terasa lebih nikmat jika kamu makan dengan tradisi bedulang ini.

Kamu juga bisa menikmati tradisi makanan ini di berbagai restoran yang ada di Belitung. Namun, biasanya piring yang dibagikan berjumlah enam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com