Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mbah Mangoen, Kuliner Bakmi dengan Bumbu Rempah dan Nuansa Tempo Dulu

Kompas.com - 14/11/2019, 07:50 WIB
Labib Zamani,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Selain rasa, biasanya orang juga "membeli" suasana jika bertandang ke restoran.

Pemikiran di atas nampaknya tertanam di benak pemilik Bakmi Djowo Koeno dan Ayam Goreng Kampoeng Mba Mangoen. 

Berdiri sejak 23 Maret 2017, rumah makan ini sudah kental dengan konsep tradisional Jawa. Terlihat dari bangunannya yang menggunakan kayu dan berbentuk joglo.

Baca juga: Menikmati Syahdunya Senja di Puncak Joglo, Wonogiri

Seolah mengingatkan kembali ke zaman dahulu atau tempo dulu.

Keunikan lain di warung makan ini adalah pegawai yang selalu mengucapkan salam penyambutan khusus ke setiap pembeli yang datang.

Kemudian dilanjutkan suara salam bersama oleh semua pelayan lainnya dengan ucapan "Sugeng Rawuh".

Baca juga: Baru di Bakmi GM, Bakmi Ayam K-Pop dan Kaos Berdesain Gaul

Pemilik Bakmi Djowo Koeno Mbah Mangoen, Radifan Wisnu Fadhlillah (22) mengatakan, ada alasan khusus ia memilih konsep tradisional untuk rumah makannya.

Salah satu yang jadi pemicunya adalah keinginan untuk membangkitkan kembali kebudayaan Jawa yang kian luntur dengan hadirnya kecanggihan teknologi.

Rasa yang menggoda

Warung makan Bakmi Djowo Koeno dan Ayam Goreng Kampoeng Mbah Mangoen di Jalan Kenanga, Badran, Purwosari, Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (12/11/2019) malam.KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Warung makan Bakmi Djowo Koeno dan Ayam Goreng Kampoeng Mbah Mangoen di Jalan Kenanga, Badran, Purwosari, Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (12/11/2019) malam.
Nah, soal rasa, rumah makan yang terkenal dengan hidangan mi ini punya cita rasa menggiurkan, meskipun tanpa menggunakan bumbu siap saji berupa MSG atau micin.

Bumbu yang digunakan untuk memasak berupa rempah-rempah yang telah digunakan secara turun temurun.

Baca juga: Icip-icip 4 Kuliner dengan Rempah Andaliman

Menurut Radifan, dirinya ingin memperkenalkan kembali kepada masyarakat tentang tradisi dan teknik memasak zaman dahulu. 

Hal ini bisa terlihat dari cara memasak yang tidak menggunakan api dari kompor, melainkan bara arang untuk mempertahankan cita rasa khas dan menambah aroma kelezatannya.

"Resep ini turun temurun dari buyut saya. Kemudian diturunkan nenek saya, terus ke orangtua dan baru kemudian ke saya (generasi keempat)," ungkap alumnus University of Wollongong Australia ini saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, Selasa (12/11/2019) malam.

Baca juga: Serunya Tunggangi ATV Jelajah Padang Pasir di Pelosok Australia

Warung makan ini menawarkan berbagai menu olahan bakmi, dan salah satu andalannya adalah bakmi godog (bakmi rebus).

Selain olahan bakmi, warung makan ini juga menyediakan menu lain seperti nasi goreng, ayam goreng kampung, dan lainnya.

Semua menu dibanderol mulai harga Rp 25.000 hingga Rp 35.000 per porsi.

Jika tertarik, kamu bisa bertandang ke rumah makan yang sudah ada di dua tempar: Laweyan, Solo; dan seputaran lampu merah Mbesi, Jalan Kaliurang KM 12.5, Yogyakarta.

Rumah makan ini buka setiap hari mulai pukul 15.00-24.00 WIB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com